Part 11

47.4K 1.6K 24
                                    

Kejadian itu begitu cepat terjadi. Riana begitu cepat terjatuh sampai ke bawah. Setelah mencapai bawah, tubuh Riana jatuh tertelungkup. Ia masih sadar, mencoba menggerakkan badannya yang amat sangat terasa nyeri. Ia mencoba mengangkat kepalanya dan berkata.....

"Andrew....." merasa tidak kuat ia menjatuhkan kepalanya lagi ke tanah, dan gelap menyelimutinya.

Andrew yang melihat kejadian itu langsung dengan sigap berlari turun. Karena jalanan yang cukup sulit, pada akhirnya ia pun terperosok, menghasilkan sikunya yang lecet.

Sesampainya di bawah disamping Riana.

"YA TUHAN, RIANAA!!!" jerit Andrew sambil merengkuh tubuh Riana kedalam pangkuannya yang penuh goresan. Ia membalikan tubuh Riana sehingga menghadapnya, betapa terkejutnya Andrew melihat kondisi Riana. Tubuh Riana penuh oleh luka goresan. Untung dia memakai jaket jeansnya, jadi tidak terlalu banyak luka di lengan Riana. Namun ada beberapa lecet di jari-jari tangannya yang mungil.

Namun tidak untuk kakinya. Riana hanya menggunakan celana jeans pendek selutut. Alhasil, kaki Riana penuh dengan luka goresan dan darah segar terus mengalir. Andrew melihat terdapat memar dan luka cukup parah dipergelangan kaki kanan Riana. Melihat ke arah wajah, terdapat luka dan memar di dahi Riana.

"Bangun sweetheart. Jangan diam saja!!" ucap Andrew sambil terus memangku dan memeluk tubuh Riana yang mulai memucat. Andrew menyandarkan kepalanya ke puncak kepala Riana, memejamkan matanya dan terus menggoyang-goyangkan badannya.

Keke, Sila, Amanda, Erik, dan Deffian lalu berlari menghampiri Riana dan Andrew.

"Kita bawa Riana ke rumah sakit Ndrew. Riana bisa kehabisan darah. Dan lo juga terluka." ucap Deffian panik melihat kondisi adiknya itu terlebih kondisi Riana.

Tanpa menunggu lama, Andrew langsung membawa Riana kedalam gendongannya ala 'bridal style'. Andrew berjalan dengan cepat diikuti Keke, Sila, Amanda, Erik, dan Deffian dibelakangnya.

***************************************

Sesampainya di rumah sakit Riana langsung ditangani dokter di UGD. Luka siku Andrew sudah ditangani oleh dokter. Setelah siku Andrew selesai diobati ia diminta dokter untuk menunggu di luar ruangan UGD diikuti oleh Keke, Sila, Amanda, Erik, dan Deffian.

Amanda terus saja menangis, sehingga Erik merengkuh bahunya untuk menenangkan dibangku ruang tunggu. Erik mencoba menenangkan Amanda namun perasaannya sendiri tidak karuan karena memikirkan kondisi Riana di dalam sana. Keke dan Sila juga terus terlihat ketakutan mengenai kondisi Riana, mereka saling berpegangan tangan dan berpelukan satu sama lain dalam duduknya.

Deffian tampak berdiri bersandar di dinding sambil sesekali memijat keningnya. Andrew?? Jangan ditanya. Dari tadi ia terus saja mondar mandir menunggu kabar dari doktrer mengenai kondisi Riana. Sudah hampir satu jam mereka menunggu.

'seharusnya gue gak ninggalin Taby sendirian.' sesal Andrew dalam hatinya.

"Kenapa ini bisa terjadi?!!" tanya Andrew dingin memecah keheningan.

"Ini..hiks..karena..hiks.....si Sesil sialan!! Dia sepertinya...hiks..pura-pura terjatuh." jawab Amanda masih terus saja terisak.

"Dasar wanita jalang!!!" Andrew mendesis menahan emosinya sambil terus menjambak rambutnya dan memejamkan matanya.

"Kalau....hiks...sampai gue ketemu dia...hiks....akan gue bunuh perempuan sialan itu!!" ujar Amanda kesal disela tangisnya. Deffian hanya melihat datar ekspresi adiknya itu. Deffian juga tidak menyangka dengan perbuatan Sesil.

Pintu ruangan UGD terbuka, seorang dokter pria tampan keluar. Andrew berjalan dengan cepat ke arah dokter. Diikuti oleh yang lain.

"Siapa keluarga nona Riana?"

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang