Riana terus berlari sambil menangis mencari ruangan kamar satu persatu, sampai ia menemukan kamar yang ia cari.....
"LIO..SAYANG........"
Riana membuka pintu kamar dimana Lio dirawat. Riana menghentikan langkahnya demi melihat sekeliling ruangan Lio. Seluruh keluarga Rakassa berkumpul.
Riana merasa kakinya terpaku ditempat, sulit sekali untuk digerakan. Matanya yang masih bersimbah air mata, menatap satu persatu yang ada di dalam ruangan. Adel, putri kecilnya sedang tertidur dalam pelukan dan pangkuan Deffian, Amanda sedang terdiam dalam pelukan Erik, Ibu Jihan duduk di sofa ruangan VIP tempat dimana Lio sedang di rawat. Sedangkan Andrew duduk di samping kasur Lio, sambil terus menggenggam tangan mungil putranya itu.
Tak kalah kagetnya, seluruh keluarga Rakassa menatap Riana. Riana sedikit ketakutan ditatap tajam oleh seluruh keluarga Rakassa. Tatapan kerinduan, kekhawatiran, kelegaan, karena bisa melihat Riana kembali. Andrew langsung berdiri dari duduknya, menatap Riana dengan tajam, merasa tidak percaya akan apa yang ia lihat. Wanita yang selama ini ia cari, wanita yang sangat ia cintai dan sekarang berdiri didepannya.
'oh Tuhan, apakah harus seperti ini cara kami bertemu?' tanya Riana dalam hati, sambil memejamkan matanya.
"RIANAAA....." Amanda melepas pelukan Erik lalu berlari ke arah Riana lalu memeluknya. "Maafkan aku...maafkan aku...hiks...hiks...." ucap Amanda sambil menangis, membuat benteng pertahanan Riana runtuh, ia ikut menagis bersama Amanda.
Riana melepaskan pelukan Amanda, menggenggam tangannya dan menatapnya, "Gi-gimana kondisi Lio?"
Erik yang melihat Riana dan istrinya itu datang mendekat, "Kata dokter kaki sebelah kirinya mengalami benturan cukup keras, Ri. Dia butuh dirawat beberapa hari."
Riana menutup mukanya dengan kedua tangannya. Ia tidak bisa membayangkan kesakitan yang dirasakan oleh putranya itu
"Riana...."
Riana memejamkan matanya, ia hafal betul itu suara siapa. Suara yang tanpa ia sadari sangat ia rindukan. Tapi suara itu juga suara orang yang sudah menghancurkan hatinya. Andrew datang mendekat, dengan cepat Andrew sudah berdiri di depan Riana. Mata Andrew dan Riana saling berperang. Mereka berdua saling menatap, dan diam dengan pikiran masing-masing.
Andrew berdiri semakin dekat kepada Riana. Dalam hitungan detik Andrew sudah membawa Riana ke dalam pelukannya, Riana memejamkan matanya. Air mata kembali mengalir dari mata indah Riana. Andrew membenamkan kepalanya kedalam lekuk leher Riana, menghirup wangi rambut wanita yang sangat ia rindukan. Lama mereka berpelukan, akhirnya Andrew melepaskan pelukannya. Ia memegang kedua lengan atas Riana, dan saling bertatapan.....
"Ri-riana, kamu kemana saja sweetheart?" tanya Andrew dengan nada kesedihan di dalamnya. Riana hanya menundukan kepalanya, sambil terisak pelan. Ia tidak kuasa menjawab pertanyaan Andrew.
"Ke-kenapa kamu bisa disini?" tanya Andrew lagi. Masih tidak menjawab pertanyaan Andrew, Riana justru semakin menagis.
"A-andrew sebenernya........" ucapan Amanda terpotong dengan teriakan seorang anak kecil.
"MOMMY....." teriak Adel yang terbangun dari tidurnya karena suara berisik percakapan. Ia yang melihat mommynya ada disana, langsung bergegas turun dari pangkuan Deffian.
Adel langsung berlari kecil mendekat kearah ibunya, Riana berjongkok dan merentangkan kedua tangannya. Setelah Adel masuk ke dalam pelukan Riana, Riana langsung memeluk putri kecilnya sambil terisak.
"Mommy..hiks...Lio......" adu putri kecilnya kepada ibunya. Riana langsung menengkan Adel, dengan mengelus punggung anaknya itu. Ibu Jihan teramat terkejut mendengar sapaan Adel kepada Riana. Ia berfikir apakah dugaannya itu benar, bahwa Lio dan Adel adalah cucunya? Deffian menatap Riana dalam diam, ia terus memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
General FictionRiana tidak pernah merasa memiliki wajah yang cantik. Namun banyak yang bilang dia cantik. Riana dikenal sebagai gadis yang riang, baik hati, dan tidak sombong, tetapi kalau dia sudah marah tidak ada yang berani menghadapinya. Sampai ia bertemu deng...