"Aku mencintai dirimu seperti memeluk pohon kaktus. Semakin aku memelukmu erat, maka semakin banyak rasa sakit yang aku rasakan." -Ocha
***
Ocha's Pov
"Lo kenapa sih ngelamun terus?" pertanyaan Tera menyadarkanku dari lamunan panjang. Aku sedang melamun padahal aku sama sekali tidak tahu sedang melamunkan apa. Akhir-akhir ini banyak sekali hal-hal yang terjadi diluar dari pemikiranku. Begitu banyak sampai aku sering melamun di keadaan-keadaan seperti ini. Tentu saja itu mengganggu konsentrasiku untuk belajar tetapi sejauh itu aku masih sanggup belajar dan mengerjakan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh guru-guru.
"Gak pa-pa...," suaraku terdengar ragu. Aku yakin Tera juga mengetahuinya. Dengan segera aku merapikan buku-bukuku yang berantakan di atas meja.
Tera memicingkan matanya memperhatikan tingkahku. Oke, aku memang berbeda dari biasanya. Sebisa mungkin aku menjauhinya. Tidak terlalu dekat dengannya karena sekarang statusku adalah istri sah kak Rama, meski hanya aku yang beranggapan seperti itu. Kak Rama mana mungkin memikirkan hal itu. Paling-paling dia sedang sibuk dengan teman-temannya.
"Kenapa sih lo matanya nyipit-nyipit gitu?" tanyaku sedikit kesal pada Tera.
Laki-laki itu menggeleng pelan di tempat duduknya yang berada tepat di depanku. "Gak pa-pa," katanya. "Soalnya dari tadi lo aneh banget. Di ajakin ke kantin gak mau. Di ajakin ke perpus juga gak mau. Di ajakin ke lapangan cuman melamun mulu. Terus tadi juga melamun lagi," kata Tera.
Dia mengamati sejak tadi.
Aku yang mendengar itu hanya diam menatapnya sampai selang beberapa menit aku merasa dia menjentikkan jarinya di wajahku. Hal itu lantas membuatku mengerjapkan mataku.
"Tuhkan melamun lagi."
Aku berdecak. "Gue lagi gak mood. Kalau gitu gue keluar dulu ya. Mau cari udara seger," ucapku.
Tera berdecak pelan. "Udara kok di cari," ucap Tera membuatku nyengir.
"Udah deh gak usah sewot gitu. Gue keluar dulu yaa!" ucapku kepadanya yang dijawab anggukan kepalanya.
Akhirnya aku pergi dari dalam kelas dan melangkahkan kakiku menuju ke lorong sekolah. Tiba-tiba keningku mengerut melihat banyak siswa dan siswi yang lari berbondong-bondong di depanku, di sampingku dan di depanku. Ada yang heboh sendiri dan ada juga teriak-teriak gak jelas.
Ada apa sih?
"Ada apaan tuh? Rame amat." suara seseorang membuatku menoleh dan sedikt kaget karena Tera sudah berada di sebelahku. Kapan dia jalan ke sini?
Aku mengendikkan bahuku acuh. "Gak tau," ucapku jujur dan benar-benar tidak mau tahu.
"Lo mau liat gak? Kita ke sana aja yuk," tawarnya membuatku menggeleng.
"Gak ah. Males."
"Liat bentar aja."
"Males ah. Lo aja sana."
"Yakin?"
"Iya."
"Temenin gue napa Cha."
"Males."
"Lo males terus."
"Lagian yang kaya gitu gak penting banget."
"Tapi kayanya seru. Lagian kita cuman nonton."
Aku memilih diam. Tera akhirnya memanggil salah satu gadis yang tengah berlari di sebelahnya dengan merentangkan tangannya.
"Ada apa sih? Kok kayaknya heboh banget?" tanyanya saat gadis itu berhenti tepat di samping kami. Gadis berkacamata dan berwajah tirus itu bukannya menjawab tapi ia malah memperhatikan Tera lekat-lekat. Aku diam-diam tersenyum geli karena gadis yang di panggil Tera sedang salah tingkah. Dari body language-nya saja aku mengerti. Aku akui untuk ukuran remaja yang masih berseragam putih abu-abu Tera ganteng. Dia wangi dan yang paling aku suka dari laki-laki yang sekarang ada di sampingku ini adalah dia tipe cowok pekerja keras yang membuatku bangga karena aku bisa menjadi temannya. Selama bersekolah di SMA Kerilos.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Love
Teen Fiction[Sebagian cerita ini di private, follow dulu baru bisa baca] Rama Dwipayana dan Ocha Aryasastra terjebak dalam takdir hidup yang mempermainkan mereka. Rama dan Ocha adalah siswa dan siswi SMA yang menikah di usia muda mereka karena perjodohan. ...