"Yang paling kuat adalah mereka, cinta orang-orang yang selalu tegar bersama tetapi tetap mencintai cinta mereka."
***
RAMA POV
Mencarinya.
Selama 3 bulan belakangan ini aku mencarinya kesana kemari namun tak kunjung aku temukan. Aku tidak peduli dengan tubuhku yang melemas semakin harinya karena itu. Yang penting aku harus menemukannya. Aku harus menemukannya. Rasanya apa yang aku lihat semua adalah dia. Bayang-bayangnya selalu menghantuiku. Dia memenuhi seluruh kerja otak dan seluruh saraf termasuk hatiku.
Aku tidak kunjung menemukannya. Aku sudah mengobrak abrik di segala tempat bahkan aku setiap hari datang ke makam bundanya untuk mengecek apakah ada dia di sana namun tetap saja tidak ada di sana.
Aku tau kesalahanku tidak termaafkan. Tetapi aku ingin sekali ada secercah harapan untukku bisa meminta maaf kepadanya. Jika dijinkan lebih aku akan minta agar dia mau kembali kepadaku.
Kemarin Raka datang ke apartemenku dan menemukanku dalam keadaan yang sangat mengenaskan. Aku memang benar-benar sudah putus asa. Tiga bulan belakangan ini mengajarkanku tentang kehilangan seseorang yang sangat berarti dihidupku.
Rasanya seperti terkikis. Aku seperti hampir mati merindukannya. Setiap malam aku memimpikannya sedang menggendong seorang bayi.
Dimana Ocha?
Raka memberi tahuku di mana Ocha berada dan betapa senangnya aku saat dia memberi tahuku tentang hal itu.
Dan yang paling mengejutkan bagiku adalah bahwa sebentar lagi aku akan menjadi seorang Papa. Antara rindu, sedih, dan bahagia aku rasakan jadi satu saat mendengarnya. Aku langsung memeluk Raka pada saat itu juga. Rasanya tidak menentu dan rasa bahagialah yang paling mendominan di hatiku.
Saat kutanya sebelum itu Raka selalu menjawab tidak tahu dan terus begitu sehingga aku bertekad untuk mencari Ocha di seluruh sudut kota tetapi dia tetap tidak ada di manapun. Dia seperti menghilang di telan bumi.
Hari ini aku membawa bubur yang aku beli di dekat rumah sakit dengan se-bucket bunga mawar merah yang besar ditanganku. Semoga saja dia suka. Kuharap begitu.
Aku tau mungkin Ocha akan menolakku mentah-mentah kali ini seperti saat kami bertemu di sekolah dan berbicara empat mata di atas gedung sekolah, tetapi aku akan berusaha. Setidaknya aku akan berjuang demi dia dan calon anakku.
Dengan senyum merekah dan dada yang berdegub sangat cepat, aku berjalan melewati lorong rumah sakit yang lenggang. Maklum saja kali ini akan menjelang malam jadi para pasien pasti sedang beristirahat di kamarnya masing-masing. Kulihat ada lansia yang sedang duduk merenung sendirian di dekat kebun.
Rasanya tidak sabar untuk bertemu dengannya dan menjelaskan semuanya. Menjelaskan bahwa aku mencintainya. Kenapa aku jadi grogi?
Ujianku berjalan dengan baik tinggal menunggu pengumuman kelulusan. Aku ingin sekali saat kelulusanku nanti. Ocha datang dan menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat untukku tetapi mungkin aku harus mengubur harapan itu dalam-dalam karena tidak mungkin.
Dia membenciku.
Kemarin juga aku muntah-muntah tetapi hanya cairan saja. Mungkin tubuhku tidak fit karena aku terus mencari Ocha dimana-mana. Ini saja aku memaksakan diriku agar bisa ke sini dengan mengendarai mobil.
Aku harus kesini. Aku harus bertemu dengan Ocha secepat mungkin.
Tiba-tiba aku terdiam. Kedua kaki dan tanganku lemas melihat pemandangan dihadapanku. Di hadapanku terlihat Ocha dan Tera yang sedang tertawa lepas bersama. Ocha terlihat seperti tanpa beban saar tertawa bersamanya dan aku hanya bisa diam mematung melihat mereka berdua dari belakang. Kalau Ocha bersamaku, dia pasti menangis terus atas apa yang aku lakukan terhadap. Kalau dia bersama Tera. Dia tertawa terus. Melihat itu aku jadi iri.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Love
Teen Fiction[Sebagian cerita ini di private, follow dulu baru bisa baca] Rama Dwipayana dan Ocha Aryasastra terjebak dalam takdir hidup yang mempermainkan mereka. Rama dan Ocha adalah siswa dan siswi SMA yang menikah di usia muda mereka karena perjodohan. ...