"Aku sadar. Kamu memang memilih dia. Kamu memang suka dia. Aku paham dengan hal itu sampe-sampe aku masih dengan bodohnya menunggu kamu yang masih menyukainya."—Ocha
***
RAMA POV
Aku sebenarnya tidak bermaksud kasar dengan Ocha, tetapi setiap melihatnya aku tidak pernah bisa meredam amarahku. Tiap kali aku melihat wajahnya, rasanya aku selalu kesal. Aku tahu kalau aku hampir setiap hari menyakitinya. Aku tau dan sadar dengan hal itu tetapi mau bagaimana lagi? Rasanya dialah biang masalah di hidupku. Meskipun statusnya adalah istriku tetapi dia bukanlah yang ada di hatiku.
Bukan dia yang bertahta di hatiku.
"Lo nyakitin Ocha," suara bernada dingin itu membuatku mendongak karena posisiku sedang duduk di bangku panjang dekat lapangan sekolah. Kulihat Tera menatapku dengan wajah datarnya. Adik kelasku ini memang benci kepadaku. Aku tau hal itu. Dia memang tidak suka padaku sejak dulu. Sekarang kukilat kemarahan di matanya. Dia juga menunjukkan kebenciannya kepadaku secara terang-terangan lewat tatapan matanya. Wajahnya itu mengeras tetapi bahasa tubuhnya tetap santai menghadapiku. Berani sekali dia.
"Lo nyakitin dia tanpa perasaan, tega banget lo," ucap Tera dengan suara dinginnya. Kedua bola matanya tampak menatapku tajam. Aku balas menantang tatapannya. Aku tidak mungkin terintimidasi oleh tatapan itu. Aku akan mengalahkannya. "Lo tuh suaminya. Seharusnya lo ngejaga dia bukannya nyakitin dia."
"Apa urusannya sama lo?" tanyaku. "Lagian itu hak gue kan karena gue suaminya?" tanyaku. Aku langsung terdiam menyadari ucapanku tadi. Benar-benar tidak menyangka aku mengakuinya sebagai istriku. Bukannya tidak pernah hanya saja rasanya terlalu asing.
"Gak seharusnya lo nyakitin dia brengsek!" Tera menarik kerah bajuku hingga aku berdiri dan sedikit melayang karenanya tetapi aku hanya terkekeh melihatnya yang sudah tersulut emosi. Tera bukan type orang yang mudah kebawa emosi dan ia begini karena Ocha. Hanya karena cewek itu.
"Lo ngaku suaminya tapi lo nyakitin dia! Cowok macam apa lo hah?! Banci?!"
"Kenapa?" ucapku dengan suara tenang sambil menatapnya lalu menyingkirkan tangannya dengan kasar dari kerah bajuku. Muak dengan sikapnya. Sudah cukup bermain-mainnya. "Lo suka sama dia?" tuduhku langsung membuat Tera diam sambil menatapku tetapi wajahnya masih memerah karena marah. "Ambil aja gue gak butuh cewek kaya gitu," ucapku lalu satu bogem mentah langsung melayang menuju hidungku dan rahangku dari samping yang membuatku tersungkur ke bawah dan darah mengalir hidungku.
"Lo bakalan nyesel senyesel-nyeselnya karena udah nyakitin Ocha! Dia itu suka sama lo! Apa lo gak bisa liat itu, hah?!" ucap Tera membuatku memegang rahangku yang jadi sasarannya tadi, "Gue bingung, kenapa dulu Kak Tari malah suka sama orang lo! Orang yang bukan manusia, tapi setan," ucap Tera membuatku menatapnya tajam. Dadaku naik turun karena tersulut emosi.
Aku hendak memukulnya tetapi Lisna langsung datang dan melerai. "EH UDAH STOP! Jangan bertengkar di sini! Udah!" suaranya membuatku diam. Aku menatapnya tajam lalu Tera juga menatapnya dengan tatapan serupa. "Ini sekolah bukan tempat tinju!" katanya lagi sehingga tanganku yang masih berada di udara kuturunkan.
"Kenapa?" ucap Tera. "Segitu aja lo bisanya? Kalau bisa pukul gue sebanyaknya, tapi itu gak akan pernah bisa ngobatin rasa sakit kak Tari sama Ocha. Lo bahkan nyakitin dua cewek yang suka sama lo. Apa gak ada sedikit aja rasa supaya lo gak nyakitin dia? Ocha tuh istri lo! Dia itu lebih pantes lo perhatiin. Bukannya cewek kaya gini!" suara Tera dengan menggebu-gebu membuatku diam. Tangannya menunjuk Lisna.
Lisna menatapku dengan kening berkerut. "Istri? Maksudnya, Ram?" ucapnya dengan bingung yang membuatku menatapnya. Aku baru ingat kalau Lisna tidak tau kenyataan ini. Kenyataan bawah aku pacarnya sudah menjadi suami orang di umurku yang bahkan masih muda. Dia menatapku semakin bingung karena aku memilih diam, tidak menjawabnya. Pandangannya sekarang menjadi tertuju pad Tera, meminta penjelasan pada laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Love
Teen Fiction[Sebagian cerita ini di private, follow dulu baru bisa baca] Rama Dwipayana dan Ocha Aryasastra terjebak dalam takdir hidup yang mempermainkan mereka. Rama dan Ocha adalah siswa dan siswi SMA yang menikah di usia muda mereka karena perjodohan. ...