31. Senja Sempurna

137K 9.6K 1.8K
                                    

***

" Aku mencintaimu, aku mencintaimu dengan cinta yang tak pernah mati, sampai matahari mendingin dan bintang menua. " —William Shakespeare

***

RAMA POV

Siang ini begitu panas. Terik mataharinya serasa membakar kulit. Aku sedang memasukan buku ke dalam tas lalu bangkit. Sebenarnya aku sudah ingin pulang dari tadi, tapi hanya karena gadis disebelahku ini, aku jadi terdiam lama di sini padahal aku merindukan Ocha. Elevina—gadis ini menatapku dengan kening berkerut saat aku bangkit dari tempat duduk yang ada di bawah pohon dekat kampus. Dia tampak tak setuju saat aku memasukan buku yang tadi ku baca.

"Aku harus pulang. Gak bisa lama-lama. Maaf," ucapku kepadanya. Dia mengerucutkan bibirnya sebal. Tapi lebih sebalan aku karena merindukan Ocha.

"Ram, lo tuh ya! Di sini aja lo dulu! Kan sekalian cari wifi gratis," ucap Rado—temanku di kampus. Aku mengambil universitas di sini saja dan membatalkan beasiswa yang dulu aku dapat. Aku tidak mau meninggalkan Ocha. Hanya sesederhana itu alasannya.

Aku tau arti cinta. Cinta adalah pengorbanan dan aku telah membuktikannya.

"Gue gak bisa, sorry." ucapku hendak pergi, "Di rumah gue juga ada wifi." ucapku acuh.

"Gak asik lo, Ram!" cibir Rado.

"Ram, lo kok buru-buru banget sih? Emangnya rumah lo bakalan lari apa?" cibir Edi—temanku di kampus juga. Sebenarnya kami hanya duduk-duduk gak jelas. Aku sebenarnya tadi sudah menolaknya tetapi gara-gara Elevina yang melarangku, aku jadi tidak bisa kemana-mana. Dan berakhir aku harus menetap—duduk berdampingan dengan mereka bertiga.

"Gue harus pulang. Istri gue nunggu di rumah."

Mereka lama terdiam....

"WHAT?!" seru mereka bertiga heboh. Aku hanya menghela napas jengkel. Ya mereka baru tau sekarang.

"Jadi selama ini lo udah nikah, Ram?!" suara kencang Rado membuatku menatapnya tajam. Untung saja keadaan kampus lagi sepi.

"Iya. Ceritanya panjang. Gue pamit dulu ya." ucapku. Mereka hanya terdiam menatapku tanpa kata. Sepertinya mereka terkejut sekali. Tanpa banyak kata aku langsung pergi dari mereka bertiga sebelum ditanya lebih banyak pertanyaan.

"WOY LO HUTANG CERITA SAMA KITA!"

Aku hanya bisa tersenyum miring mendengar teriakan mereka yang menjadi satu. Aku bukan Rama yang dulu. Aku bukan Rama yang tidak bersahabat dengan siapa pun. Aku bukan Rama yang sombong dan angkuh lagi. Itu semua berkat Ocha.

Hebat ternyata dia bisa merubahku. Tetapi itulah faktanya.

Ketiga sahabatku saat SMA kini mereka sudah kuliah juga. Mereka satu kampus. Tetanggaan dengan kampusku. Mereka masih seperti dulu. Tidak ada yang berubah hanya saja Iwan sedang menjalin hubungan asmara dengan Lisna. Kadang kalau diingat yang dulu jadi lucu sendiri dan Fendy lagi ngejar-ngejar Indira tetapi selalu ditolak.

Fendy yang malang.

Kalau Helga dia masih single yang suka mematahkan hati para gadis seusia kami. Di antara kami hanya dia lah yang masih belum tetap tujuannya. Ya aku harap sih ada seseorang yang membuatnya nanti bertekuk lutut.

Iwan ternyata dari dulu suka sama Lisna saat kami masih SMA. Dengan sikap tenangnya itu dia berhasil menutupi perasaannya dengan sangat rapi. Tidak ada yang tau sampai sebulan yang lalu aku, Fendy, dan Helga dikejutkan berita oleh mereka yang tengah menjali hubungan asmara. Padahal dulu dia katanya benci sama Lisna dan menyindir Lisna secara frontal di depan anak-anak saat kami SMA.

A Little LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang