21. Penyesalan

130K 10.4K 583
                                    

RAKA POV

Aku masuk ke dalam apartemen kak Rama. Apartemennya benar-benar hancur lebur bagai tak berpenghuni selama bertahun-tahun. Aku bahkan sampai kaget melihatnya. Apa aku tidak salah apartemen? Kurasa tidak. Ini memang benar apartemennya. Tapi isinya membuatku tercengang. Ini adalah kali pertama aku melihat apartemen ini begini.

Aku mencoba melangkahkan kakiku masuk ke dalam lagi. Banyak baju-baju berserakan bahkan aku melihat tuxedo Kak Rama di bawah yang sudah tak bernyawa. Tuxedo itu aku ingat adalah tuxedo yang digunakan Kak Rama saat menikah dengan Ocha.

Aku memungutnya sambil berjongkok. Aku melirik ke arah lantai. Banyak sekali ada pecahan-pecahan kaca lalu aku melirik kamar Kak Rama yang sangat berantakan.

"Ocha. Maaf," aku mendengar suara itu. Mataku melirik kamar yang pintunya sedikit terbuka disebelah kamar Kak Rama. Aku menaruh kembali tuxedo itu dan berjalan menuju ke sana.

Aku menghela napas melihat pemandangan di depanku. Kak Rama benar-benar bukan seperti kak Rama yang aku kenal. Dia hancur. Dia seperti kehilangan jiwanya.

"Maaf Ocha. Maaf," ucapnya lagi. Dia menelungkupkan kepalanya di kedua kakinya yang tertekuk menyendiri di pojok kamar. Dulu kamar ini kosong sebelum Kak Rama menikah dan aku tau kamar ini adalah kamar Ocha. Itu pasti penyebab Kak Rama terdiam disini.

Kamarnya bersih. Sangat bersih. Berbeda dengan keadaan kamar Kak Rama yang tadi aku sempat lihat atau ruang tengahnya sangat kacau.

Aku mendekatinya. Rasanya aku tidak pernah melihatnya begini. Dia satu-satunya abangku dan aku tau dia terlambat menyadari bahwa dia mencintai Ocha.

Dulu aku sudah mewanti-wantinya tetapi dia tetep kekeuh dan dengan sombongnya malah menantang sebuah rasa yang aku tau sekarang terjadi kepadanya.

Tetapi sekarang aku tau ini keadaan sulit. Dia kehilangan ingatannya saat Mama mengendarai mobil dulu. Saat itu Mama mengantuk dan mengakibatkan kecelakaan saat menjemputnya pulang dari rumah Ocha.

Saat itu dia masih TK sama denganku dan tengah bermain ke rumah Ocha sehabis pulang sekolah. Aku tau betul karena aku juga ada disana tetapi aku selamat dan yang mengalami luka parah adalah Kak Rama karena ia melindungiku.

Saat itu dia memelukku erat dan kepalanya malah terbentur kaca hingga berdarah. Dia melindungiku dan aku tau dia adalah kakak terhebat yang pernah aku miliki. Dia pahlawanku dan aku berhutang nyawa selama seumur hidup kepadanya. Makanya, kalau dia selalu bersikap egois. Mau menang sendiri. Aku tidak akan mencegahnya. Aku hanya memperingatinya.

Saat itu dia dengan gerakan refleks melindungiku dengan memelukku saat duduk di belakang. Di kursi pengemudi. Aku tidak terlalu hafal betul kejadian itu. Yang aku tahu dan aku ingat dia melindungiku saat itu dan malah dia yang menanggung semua cobaan ini.

Seandainya dia tidak melindungiku waktu itu maka keadaanya pasti tidak akan begini. Dia pasti akan sangat-sangat menjaga dan menyayangi Ocha karena aku tahu dari dulu dia selalu menjaga Ocha lebih dari apapun.

"Kak Rama," panggilku saat lama terdiam menatapnya. Dia bahkan tidak mengganti baju seragamnya. Sebelum ekstrakurikulerku berlangsung, aku sering melihatnya duduk terdiam menyendiri di sekolah karena ia sudah selesai ujian tetapi aku tahu dia tidak terlihat fokus dengan apapun. Bahkan saat berjalan pun dia seperti orang yang kehilangan dirinya sendiri.

"Kak, lo harus bangun. Lo harus perjuangin cinta lo. Jangan diem di sini terus," ucapku sambil memegang kedua bahunya.

Bagaimana pun dia harus tau hal ini. Dia berhak mengetahuinya. Ini sudah 3 bulan dan rasanya aku berdosa tidak memberi tahunya meskipun dia sering bertanya tentang Ocha kepadaku namun aku selalu berkata tidak tahu. Seolah-olah aku tidak tahu apa-apa padahal aku tau di mana Ocha berada.

A Little LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang