24. Harapan?

132K 10.4K 511
                                    

Jika kamu tidak bisa menyentuhnya dengan tanganmu maka sentuhlah ia dengan Doa. Tangan bisa saja menyentuh, tetapi tanpa campur tangan Tuhan, semuanya bukan apa-apa.

Tuhan itu maha kasih dan penyayang. Tuhan akan melihat usaha hamba-Nya yang terasa di ujung jalan, namun masih setia ber-Doa kepadanya.

****

"Terkadang ada ikatan paling lembut begitu hebat dan nyata. Ikatan itu lebih mengikat dari darah dan daging sendiri. Aku baru tau bahwa ikatan itu bernama cinta."

-Ocha

***

OCHA POV

Setelah Mama dan Papa pergi kini hanya tinggal kami berdua. Canggung, itu kata yang tepat bagi kami sekarang. Mama dan Papa katanya ada urusan mendadak di perusahan Papa dan mereka baru saja ke sana beberapa menit yang lalu. Mereka memang orang yang sibuk. Beruntung cuman kak Rama yang salah pergaulan.

Tadi Mama juga memarahi Kak Rama karena meninggalkanku. Dia juga bilang bahwa Kak Rama tidak boleh pergi dari sisiku. Terus bagaimana ini?

Apakah aku sanggup meminta cerai jika sudah begini?

Kak Rama berdehem pelan mencairkan suasana, dia duduk di kursi sebelah brankar rumah sakit yang aku tempati sekarang. "Jadi... Ocha, apa boleh aku minta sesuatu hal?" tanyanya serius membuatku terdiam cukup lama.

Dia sama sekali tidak marah.

Aku pikir dia akan marah karena tadi aku memperlakukannya seperti itu. Tidak. Dia tidak marah. Bahkan masih bersabar menghadapiku. Aku tau butuh perjuangan keras pasti bagi Kak Rama untum bersabar seperti ini saat menghadapiku. Secara dia orangnya bukan orang penyabar. Aku kenal dengannya. Rasanya tidak menyangka dia bisa sesabar ini. Tetapi nyatanya? Dia mampu bersabar demiku.

"Apa?" tanyaku.

Dia menatapku dengan kedua bola mata birunya, wajahnya pucat sekali. "Boleh aku tidur sambil meluk kamu Cha?" tanyanya. Hah? Tidur? Di sini? Peluk? Meluk?

"Boleh ya?" ucapnya sambil menatapku dengan tatapan memohonnya.

Jantungku berdegup sangat kencang sekali. Tidak bisa di gambarkan dengan kata-kata. "Aku janji nggak bakalan ada yang terjadi di antara. Aku cuman pengin tidur sambil meluk kamu. Boleh ya?" ucapnya seperti anak kecil yang sangat manja kepada ibunya.

Apa itu menyakitkan? Aku mendengar dia mendesah pelan sambil memegangi kepalanya. Aku takut terjadi apa-apa dengannya. Dia kenapa sih?

"Please, Cha...," mohonnya membuatku tidak bisa menolak. Aku menatapnya lama. Aku masih trauma. "Boleh ya Cha?" paksanya. Aku hanya mengangguk terhadapnya dan responnya sungguh luar biasa. Dia seperti orang yang habis menang hadiah uang 1 milyar.

Dia langsung duduk di sebelahku. Menelentangkan kakinya ke arah depan dan tersenyum manis. Kenapa dia?

"Deketin dong," ucapnya manja. Aku geli mendengarnya berbicara seperti itu sekaligus tidak tau kenapa dia bisa bersikap seperti ini?

"Cha please," ucapnya saat aku enggan dengan permintaannya yang ini. "Aku tau kamu benci sama aku. Tapi please sekali ini aja. Ya?"

"Cha?"

"Cha...."

"Ocha."

"Cha please Cha."

"Ya udah tapi--"

Dia langsung memelukku sambil tertidur. Aku juga mau tak mau tidur di sebelahnya. Pelukannya sangat erat sekaligus terasa nyaman.

Kudengar gumaman merdu menyapa telingaku. Dia ternyata bernyanyi tetapi aku tidak tau apa judul lagunya yang jelas dia hanya bergumam sembari tangannya yang satu mengeratkan pelukannya di tubuhku.

A Little LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang