32. Tak Akan Pernah Pudar (END)

164K 10.6K 1.7K
                                    

Sekalipun ada saat-saat aku jauh darimu, janganlah bertanya-tanya di mana aku berada karena aku selalu ada di sisimu dan ada di hatimu. –Ocha

Senja ini begitu cerah. Rama menatapnya sambil tersenyum kecil. Dia ingat di sini adalah tempat yang pernah ia kunjungi dengan Ocha. Tempat masa kecil mereka berdua. Di danau dekat rumah Ocha yang dulu. Rama menghela napasnya lalu dia membuka surat yang sudah lama ia buat untuk di baca di sini—dalam keheningan alam dan juga sepi ia membawa botol di sebelah tangannya dan ada sebuah cincin yang ia genggam. Angin menyerbu dirinya sehingga rasa sejuk merambat ke hatinya saat menatap surat yang ia akan baca ini. Ditengah-tengah jembatan panjang ini dia mulai membaca surat itu.

Hai, Chaca....

Kamu kangen gak sama, Kak Ama?

Kalau kamu bertanya Kak Ama kangen apa nggak ya jelas Kak Ama jawab,

Ya, disini aku kangen setengah mati loh....

Cha, sekarang anak kita sudah besar. Dia ganteng banget tapi jangan salah, dia ganteng karena Ayahnya juga ganteng.

Rama tersenyum geli melihat tulisannya sendiri. Matanya mulai menatap kembali tulisannya dan membacanya saat ada angin yang terasa menerbangkan daun-daun kering berwarna kecoklatan emas ke atas danau dan mengambang dalam diam. Tenang dan sunyi di atas air.

Kamu pernah janji sama aku untuk gak pergi lagi tapi kamu malah pergi meninggalkanku. Mungkin ini pembalasan untukku karena perbuatan masa laluku. Sekali lagi maafkan aku Ocha.

Rama menghela napasnya. Perbuatannya dulu sungguh sangat keterlaluan.

Oh ya, kamu tau gak, Cha?

Sam matanya mirip aku. Ngurus Sam tanpa kamu itu susah banget. Aku suka kebingungan sendiri tapi akhirnya aku bisa besarin dia. Disini aku juga sudah menjadi dokter terkenal seperti cita-cita yang dulu kamu inginkan. Namun seiring berjalannya waktu, aku sudah tak lagi melanjutkan menjadi dokter. Tubuhku sudah tak sekuat dulu, Cha. Maafkan aku.

Sam, dia sifatnya mirip kamu. Dia sabar dan sangat baik hati, Cha. Kisah cintanya berjalan sangat lucu dan meskipun ada rintangan tetapi Sam, anak kita, dia laki-laki yang hebat. Dia mampu berjuang sendiri dan jangan salah, aku juga mendukungya kalau kamu mau tau.

Kata Ayah dulu, Sam mirip Bunda kamu. Persis katanya. Ayah bilang juga wajahnya mirip Bunda kamu, Cha....

Kalau Raka dia sudah menikah dengan pujaan hatinya yang baru. Yang tentunya gak nyebelin kaya cewek culun itu.

Sudah lama ya kamu pergi meninggalkanku. Kini tak ada yang tersenyum semanis kamu lagi. Kini tak ada lagi kamu yang wajahnya memerah saat kupanggil dengan sebutan sayang. Dan, kini kamu pasti sudah bahagia di sana.

Pasti saat itu sakit banget ya, Cha? Maaf untuk segala rasa sakit yang selalu ku torehkan.

Cha, terima kasih sudah membuat hidupku menjadi lebih baik. Terima kasih atas cinta yang kamu berikan untukku. Cintamu begitu besar dan sungguh membuatku tak bisa berpaling barang sejenak. Sungguh aku hanya bisa membalasnya dan yang pasti aku tak bisa menandinggi cintamu yang terlalu besar.

Seiring berjalannya waktu aku tau bahwa kata cinta itu tidak hanya kebahagiaan. Terkadang berpisah jauh dan tak akan pernah bertemu seperti ini membuatku paham bahwa kenyataan itu memang kejam, tetapi tak apa. Kuserahkan semuanya kepada jalan-Mu, Tuhan.

Kamu tau Cha?

Kamu adalah yang terakhir dengan rasa yang tak pernah berakhir.

Kamu adalah yang pertama, yang membuat senyummu di kepalaku berlipat-lipat ganda.

A Little LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang