15. Sepucuk Surat

127K 10.3K 1.3K
                                    

"Aku selalu saja menetap pada hati yang salah. Dan selalu saja aku yang mengalah." -Ocha

***

OCHA POV

Aku membuka mataku yang terasa berat dan bengkak. Aku merasa kepalaku sangat pusing sekali. Aku mulai mengerjapkan mataku dengan perlahan lalu mengernyitkan dahiku saat melihat bahwa aku berada di dalam kamar. Aku mencoba duduk dengan menyenderkan diriku di kepala ranjang sambil memijat pelan kepalaku yang terasa sangat berdenyut. Benar-benar pusing.

Aku melihat penampilanku yang sudah menggunakan pakaian biasa. Siapa yang menggantikan bajuku? batinku bertanya-tanya. Aku tidak tau mengapa aku bisa berada di apartemen Kak Rama. Seingatku aku sedang menangis di makam bunda dan menumpahkan segala rasa sakit di hati saat berada di makam bunda.

Aku segera beranjak dari kasur lalu aku melihat keadaan apartemen Kak Rama yang sepi. Mataku tidak sengaja menangkap sepucuk surat yang ada di atas meja makan.

Istirahat aja di kamar.

-Rama

Aku membulatkan mataku tidak percaya. Sungguh ini benar-benar kak Rama? Dia menulis surat untukku? Dan suratnya berwarna pink? Oh astaga, ini namanya anugerah dari Tuhan. Aku tidak bisa menyembunyikan senyumkku meski dia menulis surat ini sangat singkat dan aku yakin dia menulisnya dengan wajah datarnya itu.

Walaupun, aku harus pingsan karena insiden kemarin, tetapi rasanya melihat surat ini hatiku jadi berbunga-bunga. Oke, katakan aku gila karena senang, tetapi yang namanya cinta itu tidak peduli sebagaimana sakitnya saat di sakiti oleh yang kita sayang.

Cinta tetaplah cinta. Cinta adalah sebuah pengungkapan rasa yang tidak bisa digambarkan, namun dapat membuat seluruh orang gila hanya dengan merasakan apa itu cinta.

Aku beranjak dengan cepat ke arah kamarku lalu dengan cepat mengambil pulpen dari tasku dan duduk di meja belajar untuk menulis di belakang kertas tulisan kak Rama.

18 September 2015

Terima kasih Kak Rama. Ini adalah kali pertama aku merasakan bahwa kakak ternyata peduli kepadaku. Terima kasih. Suratnya lucu, warnanya pink dan aku suka. Aku suka banget sama kakak. Aku selalu cinta sama Kakak gak peduli orang lain ngomong apa. Aku cinta sama Kakak meski Kakak nggak pernah menganggapku ada. Salam sayang, Ocha.

Aku tersenyum dan menyelipkan surat berwarna pink itu di meja belajarku, tepatnya di selipan buku tulisku yang ada di atas meja.

Aku melirik jam dinding di kamarku lalu beranjak. Jam sudah menunjukan tepat tengah hari dan aku sangat bosan. Astaga, aku bahkan tertidur sangat lama. Tetapi tunggu, siapa yang membawaku ke apartemen kak Rama?

Aku berhenti tepat di depan kamar kak Rama dan melupakan siapa orang yang mengantarku kemari. Aku benar-benar berterima kasih kepada orang itu. Berkat dia kak Rama menulis surat untukku. Meskipun sangat singkat, jelas dan padat. Tetapi tidak apa, yang penting aku sangat bahagia.

"Masuk gak ya," gumamku mempertimbangkan apa yang isi di kepalaku. Aku lalu menggelengkan kepalaku karena agar seram lalu menjauh sebentar karena aku tidak boleh masuk sembarangan ke kamar kak Rama tetapi naluriku meyuruhku untuk masuk dan tanpa sengaja aku sudah membuka kamar Kak Rama. Kamarnya tidak terkunci, jadi aku bisa masuk dengan leluasa. Lagipula aku istrinya, bukan? Jadi aku berhak tau apapun tentangnya, meski dia tidak mau tau apapun tentang diriku.

Aku berjalan pelan melihat kamar Kak Rama yang berdominan cat berwarna cokelat lalu aku dapat melihat kasur tempat kak Rama tidur sangat berantakan dengan baju-baju yang masih berserakan di lantai. Aku memungutnya lalu berniat mencucinya.

A Little LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang