19. Kenangan yang Timbul Kembali

148K 11.4K 975
                                    

"Ada saatnya dimana seseorang lelah dan letih sehingga dia memilih mundur untuk jalan keluarnya. Bukan karena ia takut, tetapi karena ia merasa dirinya tidak pantas untuk tetap dan bertahan lagi."

***

RAMA POV

Aku merasa kepalaku sangat pusing dan berat. Aku membuka mataku lalu mengedarkan pandanganku ke segala arah. Ternyata aku di dalam kamarku. Aku menyingkap selimut lalu tiba-tiba teringat sesuatu. Kepalaku rasanya beputar pada kejadian kemarin malam. Meskipun aku mabuk, saat-saat terakhir aku mengingat siapa orang yang...

Hatiku mencelos. Aku langsung bergegas memakai boxer-ku yang ada di lantai lalu duduk kembali di sisi ranjang. Detak jantungku bahkan sampai terdengar oleh diriku sendiri.

Aku kembali mencoba mengingat-ngingat apa yang telah aku perbuat sampai-sampai aku tertidur tidak memakai baju. Aku ingat kemarin aku mabuk tetapi setelah itu aku pulang. Aku terlonjak kaget. Apa yang aku lakukan! Astaga Ocha!

Dimana dia?

Dengan perasaan campur aduk, aku keluar kamarku dan masuk ke dalam kamar Ocha yang tidak terkunci. Kedua mataku melebar melihat apa yang kulihat. Kamarnya sungguh berantakan. Banyak pecahan-pecahan kaca yang berserakan dibawah lantai dan kulihat kaca dimeja rias Ocha juga pecah. Aku melihat seluruh baju-baju dan bukunya berserakan juga dilantai dan ranjang--seakan sudah tak terawat.

Kamarnya seperti kapal pecah dan akulah penyebabnya dia begini.

Aku terdiam. Seluruh badanku bergetar hebat. Aku melakukan hal yang sangat tidak terpuji. Memang Ocha adalah istriku tetapi seharusnya aku tidak melakukan itu terhadapnya. Dia pasti sangat sakit hati dan aku yakin dia pasti membenciku sekarang.

"SIALAN, SIALAN, SIALAN!" aku mendengar teriakan itu dari arah pintu kamar mandi karena Ocha menjerit-jerit. Aku langsung ke arah pintu dan mengetuknya dengan keras.

"Ocha buka pintunya! Aku bisa jelasin Ocha!" aku terus menggedor pintu kamar mandi saat kudengar suara tangisannya.

"PERGI! AKU NGGAK SUDI LIAT KAMU!"

Jantungku terasa mencelos lagi setelah mendengar teriakannya. Tetapi aku tidak menyerah. Aku terus menggedor pintu kamar mandi. Setelah itu aku tidak mendengar apapun lagi. Ocha menghidupkan shower dengan sangat keras. "Ocha, buka pintunya!" teriakku dari luar.

"OCHA!"

"PERGI!" teriaknya dari arah dalam yang teredam gemercik air.

"OCHA! Aku mohon buka pintunya! Aku bisa jelasin sama kamu!" teriakku putus asa dari arah luar. Hanya ada suara gemericik air dan sesenggukan yang bisa kudengar dari luar. Kali ini aku sungguh takut dan kalut. Aku takut tejadi apa-apa terhadapnya di dalam. Aku berjalan mondar-mandir di depan pintu lalu mengacak-acak rambutku frustrasi. Aku tidak menyangka akan begini jadinya.

Kudengar suara air dimatikan. Saat itu juga aku bersiap menghadapi Ocha. Jantungku terasa berdetak lebih cepat dari biasanya. Saat dia membuka pintunya kedua mataku menyaksikan penampilannya yang begitu kacau. Dia memakai baju tetapi rambutnya berantakan dengan kedua mata sembab serta hidung yang sangat merah.

Bajunya dan rambutnya basah karena air dan dia menatapku dengan tatapan kosong. Tatapannya hampa yang membuatku merasa semakin bersalah karena membuatnya jadi sekacau ini.

"Ocha. Aku bisa jelasin kejadian semalem," suaraku tidak membuatnya mengatakan hal apapun terhadapku. Jantungku berdegup sangat kencang. Dia berdiri dihadapanku dengan sangat kacau. Kedua matanya berkaca-kaca.

Aku menyakitinya sangat dalam.

Ya Tuhan. Apa yang telah aku perbuat? Aku sudah berniat membuat hubungan kami membaik tapi kejadian semalam pasti akan terus menghantui Ocha.

A Little LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang