Holla! Makasih buat votenya dan udah setia nungguin lanjutannya dipost.
Cekidot~~
***
"Aaron..."
Terdengar suara Ve dari balik pintu kamar Aaron yang diikuti oleh suara ketukan pintu.
Aaron yang tengah asik memetik senar gitarnya mendengus pelan. Kenapa dengan kakaknya malam-malam begini?
"Kenapa, Kak?" tanya Aaron ketika baru saja membuka pintu kamarnya.
Ve menatapnya sambil tersenyum lebar, membuat Aaron curiga dengan gelagat Ve yang sangat dikenalnya ini.
Tanpa menjawab pertanyaan Aaron atau menunggu Aaron menyuruhnya masuk, Ve berjalan melalui adiknya dan duduk di balkon kamar Aaron yang menghadap langsung ke halaman belakang rumah.
Aaron mendengus sebelum mengekori langkah Ve. Disamping Ve, dia duduk sambil terus melanjutkan petikan gitarnya yang sempat tertahan karena kakaknya tadi.
"Ron." Ve akhirnya bersuara. "Menurut kamu Ryan orangnya gimana?"
"Dia cuek ke cewe," jawab Aaron dengan santainya sebelum sesaat kemudian dia menghentikan petikan gitarnya. "Mungkin kecuali ke kamu."
Ve tertawa kecil, "Kamu juga begitu kali, Ron!"
Aaron hanya mengangkat bahunya, lalu melanjutkan lagi permainan gitarnya.
"Mau bantuin aku deketin Ryan?"
Pertanyaan Ve membuat Aaron benar-benar menghentikan alunan gitarnya. Kenapa moodnya langsung down seperti ini?
Ve menatap Aaron penuh harap.
"Kamu suka lagi sama orang yang dingin sama cewe? Masih kurang apa kamu-"
"Ryan beda! Buktinya dia gak dingin pas tadi kamu kenalin. Udah dong, Ron! Jangan ngungkit masa-masa yang buruk terus. Makanya kamu masih jomblo, kamu terlalu khawatir sama aku, sih." Wajah Ve berubah menjadi masam.
"Iya, aku tau kalau kamu takut aku kenapa-napa," sela Ve-lagi-saat Aaron baru saja akan membuka mulutnya. "Aku tau, Ron. Aku tau kamu sayang sama aku. Saudara kandung mana yang enggak sayang sama kakaknya? Apalagi kakaknya kaya aku." Ve memeluk Aaron dari samping.
Aaron tersenyum tipis mendengar kalimat terakhir Ve. Lalu perlahan tubuh Aaron mengendur dan emosi yang tadi sempat dia rasakan mulai memudar. "Jangan ngelukain hati kamu lagi," ucap Aaron dengan suara yang nyaris seperti bisikan.
Ve tersenyum mendengar kata-kata Aaron yang sangat tulus itu. "Aku baik-baik ajah selama masih ada kamu, Ron."
***
Ve duduk disamping Gaby yang sibuk dengan bekal makan siangnya. Sebenarnya Ve-juga-membawa bekal roti isi dari rumah, tapi baru beberapa menit saja bekalnya sudah habis, padahal perutnya masih berteriak minta diisi.
Dia sengaja melakukan ini-membawa bekal makan siang-agar dia bisa lebih dekat lagi dengan Gaby. Karena selama seminggu lebih duduk sebangku dengan Gaby, yang mereka bicarakan hanya seputar pelajaran sekolah, sedangkan Ve-sangat-ingin mengenal Gaby lebih jauh lagi.
Perlu kalian tau, seminggu berada di kelas ini, Ve merasa hanya Gaby yang membuatnya merasa tidak asing. Pasalnya, Ve selalu ditatap dengan tatapan yang aneh oleh teman-teman sekelasnya-mungkin kecuali Kinal yang bahkan hampir tidak pernah memperhatikannya.
Itu tidak masalah bagi Ve bila dia ditatap karena mereka kagum dengan prestasinya, dia sudah biasa ditatap begitu ketika di sekolahnya yang dulu. Tapi disini berbeda, mereka seperti berkata 'Sedang apa kamu disini?'.
KAMU SEDANG MEMBACA
You and Me
FanfictionCerita tentang kehidupan anak-anak SMA yang sedang mengalami tahap menuju dewasa.