Aaron P.O.V
Aku baru saja keluar dari ruang guru ketika tanpa sengaja melihat seorang siswi sedang keberatan membawa setumpukan buku paket yang tingginya hampir menutupi kepalanya. Tadinya aku tak ingin mempedulikannya karena teringat janjiku pada kak Ve dan Ryan untuk segera menyusul mereka ke bioskop setelah urusanku dengan guru sejarahku selesai. Tapi suara tumpukan buku terjatuh begitu jelas di telingaku, jadi terpaksa kuhentikan langkahku dan memutar badanku.
Terlihat jelas tak jauh dari tempatku berdiri sekarang, seorang siswi tengah tersungkur dengan buku paket yang berserakan disekitarnya. Aku mengerutkan dahiku. Bila melihatnya dari belakang, nampaknya aku mengenal siswi itu. Tapi siapa? Wawasanku tentang teman-teman seangkatanku saja masih sangat sempit--paling hanya teman sekelas yang tidak begitu kuhafal semua namanya, kak Ve, Kinal dan, ah! Aku ingat siapa dia.
Aku langsung berjalan--hampir setengah berlari--mendekati siswi yang baru saja kuingat siapa dan pernah melihatnya dimana.
"Are you okay?" Jujur ini pertama kalinya aku menyapa perempuan--selain bunda, kak Ve, Kinal dan keluargaku--dengan suara yang ramah. Karena biasanya aku tidak peduli walau mereka menyapa diriku duluanpun.
Dia menoleh kearahku. Lalu dahinya mengerut seakan sedang berfikir keras. "Gue bantuin, ya?" Aku tidak pandai berbasa-basi, jadi langsung saja kukumpulkan buku paket yang berserakan itu.
Gaby sempat bingung melihatku sesaat, sebelum dia juga ikut mengumpulkan kembali buku yang tadi dia jatuhkan. Oke, mungkin dia tidak sengaja menjatuhkannya.
Setelah seluruh buku sudah terkumpul, aku berdiri dengan 2/3 buku paket yang ada di tanganku. Gaby juga bangun dan hendak mengambil buku yang aku bawa, tapi aku langsung mencegahnya dengan menghindar dari gapaian tangannya. "Biar gue yang bawa ini. Lu bawa sisanya," kataku sambil menunjuk sisa buku yang dibawanya menggunakan dagu.
"Gak..." Belum sempat dia menolak bantuanku, aku langsung saja melangkah menuju perpustakaan. Dia sepertinya mendengus kesal sebelum mengejarku dan berdiri sejajar denganku. "Makasih." Aku hanya membalas ucapannya dengan anggukan.
Harus kalian tau, aku memang cuek pada orang-orang yang tidak kukenal. Aku memang sering mengacuhkan siswi-siswi yang menyapaku atau mencoba untuk mendekatiku. Aku memang tidak peduli setiap ada surat atau kado yang mengisi lokerku setiap hari. Tapi bukan berarti aku tidak punya hati nurani. Aku juga masih manusia. Hanya saja, aku merasa agak risih bila harus diperlakukan bak pangeran yang berhasil menang di perang besar, sehingga aku pantas untuk dipuja-puja dan membuat uang saku mereka terpotong hanya untuk memberiku hadiah-hadiah yang aku yakin isinya bukan barang dengan harga murah--walau aku tidak pernah membukanya satupun dan hanya kusimpan di lemari kecil yang ada di kamarku. Aku tidak ingin diperlakukan seperti itu. Mereka salah bila menarik perhatianku dengan cara seperti itu. Sekarang coba kalian lihat, kak Ve tidak pernah melakukan hal seperti itu padaku kecuali saat ulangtahun kita. Aku juga mendekati Kinal disaat dia nampak tidak menyukai keberadaanku sebagai keluarga barunya. Dan sekarang, siswi yang sering dibully se-angkatan bisa mendapatkan sedikit perhatianku. Jadi intinya aku akan mendekati mereka, jika aku sendiri yang mau. Tanpa harus diminta atau diiming-imingi hadiah apapun.
Aku baru saja selesai membantu Gaby menaruh kembali buku paket diatas rak-rak di perpustakaan. Tak ada yang bersuara diantara kami berdua. Hening.
"Sekali lagi makasih," ucapnya yang kini diiringi senyuman kecil ketika kami baru saja keluar dari perpustakaan.
"Oke." Aku juga ikut tersenyum sesaat. "Mau balik bareng?" Aku langsung menawarkan tumpangan sebelum dia beranjak pergi. Lagi pula sekolah sudah sepi, mungkin masih ada beberapa siswa yang mengikuti ekskul, tapi kegiatan ekskul biasanya dilakukan di bagian belakang sekolah--intinya jauh dari tempat ini--jadi rasanya bila aku pulang bareng Gaby tak akan menarik perhatian siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
You and Me
FanfictionCerita tentang kehidupan anak-anak SMA yang sedang mengalami tahap menuju dewasa.