Bagian 8

1K 69 4
                                    

Aaron P.O.V

Kalau ada yang tanya bagaimana dengan akhir pekanku minggu ini? Akan kujawab sangat hambar.

Tidak ada liburan ke luar kota bersama keluarga. Tidak ada acara kumpul atau makan bersama dengan keluarga. Tidak ada juga teman yang mengajak untuk menghabiskan hari bersama. Kosong. Hambar.

Ayah dan bunda sedang ada urusan di luar kota. Ve baru saja pergi bersama Ryan-mereka bahkan tak mengajakku sama sekali. Dan Kinal, masih mengurung diri di kamarnya-seperti biasa.

Matahari sudah berada di puncak langit, tapi aku belum menemukan hal yang bisa mengisi hari liburku yang tinggal setengah hari lagi. Sebenarnya aku bisa saja menghabiskan hari dengan banyak kegiatan-bermain gitar, bermain basket, nonton film dan serentetan kegiatan yang biasa digunakan anak lain selama hari minggunya-tapi hari ini aku sedang enggan melakukan apapun. Pikiranku dipenuhi pertanyaan tentang kak Ve dan Ryan.

Kemana mereka?

Apa yang mereka lakukan?

Kapan mereka pulang?

Apa kak Ve senang?

Apa Ryan sudah mulai menyukai kak Ve?

Pertanyaan terakhir adalah yang paling mengusik kepalaku. Hanya dalam waktu beberapa hari, Ryan sudah mengajak kak Ve pergi keluar tanpa-mengajak-aku? Awas saja kalau sampai aku melihat wajah kak Ve muram saat pulang nanti. Tak akan kuberikan lagi kesempatan untuk Ryan mendekati saudari kembarku itu. Eh, tapi bukannya kak Ve yang tertarik pada Ryan lebih dulu? Ah sudahlah!

Aku akhirnya mengalah pada suara demo dari dalam perutku. Kulangkahkan kakiku ke dalam dapur untuk mencari hal yang bisa kumakan.

Oh, ternyata ada orang disana!

"Ehm," dehamku yang bermaksud untuk menegur Kinal yang tengah sibuk memasak mie instan.

Kinal hanya melihatku sekilas sebelum kembali memasukan bumbu mienya ke dalam mangkuk.

"Laper, ya?" Kinal tetap tidak meresponku sama sekali. "Harusnya tadi Bi Imah masakin kita makan siang dulu."

Aku memutar otak untuk mencari bahan obrolan yang bisa mencairkan suasana. "Gak keluar sama temen lu?"

Oke. Kali ini Kinal benar-benar menghentikan akivitasnya dan menatapku tajam. Tapi tak berapa lama kemudian, dia mematikan kompornya dan pergi melewatiku begitu saja. Apa dia merasa terganggu?

"Nal, eh!" Aku baru saja akan menahan tangannya, namun dia dengan sigap menampiknya dan terus berjalan ke kamarnya.

"Padahal gue juga laper, Nal," desisku walau kutau Kinal tidak akan mendengarnya. Tapi entah darimana, sebuah ide muncul dari otakku. Semoga ini bisa membuat hari mingguku tidak lagi membosankan.

***

Kinal P.O.V

Setumpukan buku pelajaran sudah selesai ku-ubek isinya. Kalau kalian tidak percaya, lihat saja isinya sudah kuwarnai dengan berbagai macam warna. Ulangan masih minggu depan, tapi mempersiapkannya dari sekarang tak apa bukan?

Sudah kenyang mengisi otak, kini giliran perutku yang minta di-isi. Semoga aku bisa menemukan hal yang bisa membuat perutku berkompromi sampai makan malam nanti, karena pembantuku hanya datang pada pagi dan sore hari. Alasannya karena rumah sering kosong selama siang hari. Jadi Bi Imah hanya datang untuk membuat sarapan di pagi hari dan membersihkan rumah. Setelah itu dia pulang dan kembali pada sore hari untuk membuat makan malam.

Aku hanya bisa menemukan beberapa bungkus mie instan di lemari dapur. Aku sedang tidak mau makan fastfood hari ini. Mie instan juga tidak buruk.

You and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang