Shania P.O.V
Apa yang kurang dari hidupku?
Uang? Tidak mungkin. Ayah salah satu orang terkaya di Indonesia. Dari kecil aku tak pernah kekurangan uang sekalipun.
Kecantikan? Haha. Aku terlahir cantik dan bertubuh semampai. Perawatan untuk tubuh tak pernah kulewatkan barang sekalipun.
Kekuasaan? Aku siswi paling ditakuti di sekolah dan orang yang paling disegani di club malam tempat biasa aku mengeluarkan seluruh keluh kesahku. Aku juga pewaris tunggal perusahaan ayah. Jadi tak mungkin aku kekurangan kekuasaan.
Lalu apa lagi?
Kenapa akhir-akhir ini aku merasa kosong?
Keluarga? Mungkin iya. Aku anak tunggal. Ibu sudah meninggal semenjak aku masih balita. Ayah sibuk bekerja. Aku tak pernah mendapat kasih sayang yang hangat dari keluarga.
Pacar? Kesal aku setiap kali mengingat mantanku yang terakhir. Dia tega berselingkuh dan hanya memanfaatkan kekayaanku.
Teman? Aku lupa kapan terakhir kali aku memiliki teman. Ya, teman yang benar. Pasalnya aku selama ini hanya membeli waktu orang lain untuk menemaniku di saat bosan sendirian.
Aku rindu masa-masa hidupku dikelilingi oleh teman.
Aku rindu di saat aku kehilangan arah ada teman-teman yang mengingatkanku.
Aku rindu waktu aku bisa berbagi keluh kesahku tanpa harus mengeluarkan sepeserpun uang.
Aku rindu pelukan hangat dan tepukan di bahuku disaat aku terpuruk dan membutuhkan kekuatan.
Aku rindu suara omelan dan canda tawa yang mampu mewarnai hari-hariku.
Aku rindu mereka.
Aku rindu ketulusan di hati mereka.
Aku rindu Naomi.
Aku rindu Lidya.
Aku rindu Dhike.
Aku bahkan rindu Kinal.
Tapi aku terlalu gengsi untuk menyapa mereka duluan.
Tapi aku terlalu takut untuk mendekati mereka duluan.
Tapi aku terlalu angkuh untuk meminta maaf dan memperbaiki semuanya.
Padahal aku yang menjauhi mereka duluan.
Padahal aku yang memberi benteng tinggi pada mereka duluan.
Padahal aku yang berubah hingga mereka tak tahan dan meninggalkanku sendirian.
Sendirian.
Entah kenapa sekarang kata itu sangat menakutkan untukku.
***
Semenjak masuk semester akhir ini, aku sering dipanggil oleh guru BK karena nilaiku banyak yang menurun atau bahkan kosong pada semester lalu.
Orangtuaku dipanggil. Tapi yang datang hanya kaki tangan ayah karena ayah ada urusan di luar negeri hari itu.
Semua teman-temanku tak ada satupun yang mendekati atau sekedar menyapa diriku. Mungkin karena mereka takut. Semenyaramkan itukah aku?
Aku memutuskan tali persahabatanku dengan Naomi dan Kinal yang sudah lama mengenalku. Terlebih Naomi yang selalu sabar untuk menyeimbangi sifat jelekku.
Lalu lambat laun Lidya dan Dhike juga melangkah mundur dari diriku. Walau mereka terlihat badung, tapi mereka masih punya batasan. Tidak seperti aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
You and Me
Fiksi PenggemarCerita tentang kehidupan anak-anak SMA yang sedang mengalami tahap menuju dewasa.