Spesial : Ryan

904 73 28
                                    

Gambar di atas, Ryan bayangan author :v
Gak sesuai bayangn kalian? Gak papa, yang penting ngerti alurnya xD

Yosh~

***

Ryan P.O.V

Apa yang sudah kalian tau tentang diriku?

Aku, Ryan Geordy. Oh, tidak. Nama asliku hanya 'Ryan' saja. Geordy adalah nama ayah angkatku.

Aku memang hanya salah satu dari anak jalanan yang beruntung sehingga bisa mendapat orangtua angkat yang baik dan bisa memberikan kehidupan layak untukku. Tapi bukan itu yang akan aku ceritakan pada kalian. Aku akan menceritakan dua orang perempuan yang sangat berarti untukku. Gaby dan Kinal.

Gaby adalah sahabatku semenjak aku menginjakkan kakiku di Panti Asuhan Mulya.

Dulu Gaby bukan orang yang pendiam dan selalu mengalah. Dia justru selalu tak ingin kalah dari siapapun--terutama diriku.

Kata Ibu Ratih--pengasuhku di panti--Gaby sudah dititipkan oleh orangtua kandungnya semenjak dia masih berumur seminggu. Aku tidak tau apa alasan yang pastinya, tapi yang jelas, nasibku tak semalang nasib temanku itu.

Gaby dan aku tumbuh bersama-sama. Aku sudah menganggapnya seperti adikku sendiri, walau nyatanya dia jauh lebih galak daripada aku.

Hingga kami harus dipisahkan...

Flashback On

"Kan udah aku bilang, kalau dalam perjumlahan itu, dikali dulu baru ditambah. Kalau kamu ditambah dulu, hasilnya bakalan beda." Gaby--dengan gaya ala 'ibu guru'nya--mengajari aku yang--masih--kebingungan mengerjakan tugas matematikaku. Ya, ya. Memang dari dulu, dia jauh lebih pintar daripada aku dalam nilai akademik.

Aku hanya menyeringai sambil mengetuk-ngetuk pensilku ke meja belajar. "Gimana kelas baru kamu, Gab?" tanyaku yang malah mengalihkan pembicaraan.

Gaby menghela napas dan melipat kedua tangannya di dada--so' tua. "Kamu kalau lagi belajar pasti males, deh!" omelnya.

"Aku mau ikutan OSIS sama ekskul seni, kamu mau masuk ekskul apa?" tanyaku, tanpa peduli omelannya. Kami baru saja masuk kelas satu SMP, dan kami masuk sekolah yang sama.

Gaby akhirnya menyerah dan menutup buku di hadapan kami. Aku tau dia sebenarnya kesal pada tingkahku yang sering begini. "Mungkin KIR--Karya Ilmiah Remaja."

Aku mendengus dan memutar bola mataku. "Apa gak ada eksul yang bisa membuat kamu tertarik selain itu? Kamu udah pinter, Gaby."

"Gak ada batasan buat ilmu pengetahuan, Yan. Di atas langit masih ada langit."

Aku hanya mengangguk malas dan berniat keluar kamar ketika kamarku--dan juga tujuh anak lainnya--terbuka.

Terlihat Ibu Ratih dan seorang wanita yang masih asing bagiku. Mereka berdua tersenyum--entah untukku atau Gaby, atau kami berdua.

"Ryan, sini!" panggil Ibu Ratih dengan suara lembutnya.

Walau masih bingung, aku melangkahkan kakiku mendekati mereka. "Iya, Bu?"

"Ini kenalin, Ibu Angel. Dia akan menjadi ibu angkat kamu mulai hari ini," ucap Ibu Ratih yang sukses membuat aku tercengang.

Aku sudah tidak lagi mendengar apa yang mereka--Ibu Ratih dan Ibu Angel--katakan. Aku langsung menoleh ke arah Gaby yang pasti juga mendengar ucapan Ibu Ratih barusan.

Gaby masih terdiam di meja belajar dengan tatapan yang tertuju ke arahku. Matanya merah dan airmatanya siap jatuh kapanpun.

Astaga! Sebawel apapun dia, segalak apapun dia, se-so' tua apapun dia, aku rasa aku belum siap meninggalkan Gaby sekarang.

You and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang