Kinal P.O.V
Libur akhir tahun berjalan dengan cepat. Terlalu cepat rasanya bila dilalui dengan keluarga yang--sangat--terbuka dan menyayangiku seperti ini. Keluarga dari Bunda Dewi sungguh baik sekali padaku. Walau aku ini bisa dibilang orang baru di keluarga mereka, tapi tak sekalipun aku di-anak-tirikan.
Seperti kemarin saat kami menjemput Oma Vivy--ibunya Bunda Dewi--ke Lembang. Awalnya aku ragu, takut kalau mereka tidak menerimaku dengan baik seperti keluarga Tante Jay. Tapi ternyata mereka sangat ramah padaku dan ayah--yang sudah menyusul ke Bandung.
Ve sangat manja pada Oma Vivy, sampai-sampai mereka seharian penuh berbincang-bincang. Aku hanya menemani sambil mendengarkan obrolan keduanya yang sesekali juga memancingku untuk turut berbicara. Oma Vivy sangat hangat. Itulah kenapa Ve bisa semanja itu padanya. Melihat keduanya saling melempar senyum saja aku jadi ikut tersenyum dibuatnya. Nyatanya bahagia bisa sesederhana itu.
"Ngelamun ajah, Nal! Awas jagungnya gosong!" tegur Aaron yang membuyarkan lamunanku.
Aku tersenyum tipis sambil terus membalikkan jagung yang kubakar agar terbakar rata.
"Malah senyum doang! Kenapa? Kangen sama Ryan, ya?"
Oh, iya! Tentang Ryan. Sudah seminggu disini tanpa dia rasanya ada hal yang mengganggu di hati. Mungkin rindu? Entahlah. Karena jujur saja aku tidak pernah seperti ini sebelumnya.
"Tuh kan, malah bengong! Gue dikacangin Kinal," sindir Aaron. Anak ini kenapa jadi bawel begini, sih?
"Ve mana?" tanyaku asal, yang penting bisa membuat Aaron tidak merasa dicuekan olehku.
Aaron mengangkat bahunya. "Di dapur kali. Atau masih di kamar."
Aku melihat ke sekelilingku. Sekarang semua keluarga Bunda Dewi sedang berkumpul bersama di taman belakang. Ayah, bunda, Oma Vivy, Tante Jay, Tante Gia dan keluarga mereka masing-masing. Kami akan menghabiskan malam akhir tahun di halaman belakang rumah Bunda Dewi--yang sekarang dihuni oleh Tante Jay. Tapi sedari tadi aku belum melihat sosok Ve. Kemana dia?
"Hai, semua!" Baru saja dicari, datang juga orangnya dengan sapaan ceria sambil memasuki taman. Tapi nampaknya dia tidak sendiri.
"Ck!" decak Aaron yang juga memperhatikan Ve dan Kak Ari bergabung bersama kami.
Aku lihat Ve membicarakan sesuatu pada bundanya, sebelum akhirnya Bunda Dewi mengangguk dan tersenyum pada lelaki yang berdiri di belakang Ve.
Setelah itu Ve berjalan mendekati aku dan Aaron. Sedangkan Kak Ari nampak mulai mengobrol dengan ayah.
"Seneng banget roman-romannya," sindir Aaron ketika Ve baru saja akan menyapa kami berdua.
Ve cemberut karena sambutan Aaron yang jauh dari kata ramah. "Udah dong, Ron! Kak Ari juga udah deket sama keluarga kita ini."
"Kita? Perlu digaris bawahi Kak, dia gak deket sama aku," koreksi Aaron.
"Terserah!" jawab Ve judes. "Jagungnya udah mateng, Nal?" tanya Ve padaku, namun kini suaranya sudah kembali ramah.
"Yang dipiring udah. Ini paling sebentar lagi," jawabku sambil melanjutkan pekerjaanku.
Ve mengangguk-angguk sambil mencolekkan tangannya pada mentega yang kugunakan untuk membaluri jagung. Lalu dengan isengnya, dia mencolekkan tangannya itu pada wajah Aaron yang masih terlihat badmood.
"Ish! Apaan, sih? Kaya anak kecil!" ucap Aaron dengan mata melotot. Tapi Ve malah tertawa terbahak-bahak karena wajah cemong Aaron.
Tak terima dijadikan bahan tertawaan oleh Ve, Aaron membalasnya dengan jumlah mentega yang lebih banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
You and Me
FanfictionCerita tentang kehidupan anak-anak SMA yang sedang mengalami tahap menuju dewasa.