Bagian 18

632 52 6
                                    

Author P.O.V

"Bun," panggil Kinal sambil berdiri di samping Dewi.

"Iya, Nal?" sahut Dewi sambil terus mengaduk sup iga yang tengah dimasaknya.

"Em ...." Kinal bingung harus memulai bicara darimana.

"Nal, bantuin sini, dong!" seru Ve yang sedang memotong bawang bombai. Sedangkan Gaby tengah mengiris cabai di sampingnya.

Kinal kesal karena Ve memotong kalimat yang akan dikeluarkannya pada Dewi. "Udah, biar cewe-cewe cantik ajah yang masak hari ini. Gue bebas, kan lagi ulang tahun." Kinal menjulurkan lidahnya pada Ve.

Gaby, Dewi dan Gia hanya tersenyum mendengar perdebatan kecil antara Ve dan Kinal.

"Udah, jangan ribut. Kamu kenapa kesini, Nal?" tanya Dewi menengahi kedua putrinya.

Kinal kembali memikirkan cara yang tepat untuk bicara pada ibu tirinya ini, "Em, jadi gini, Bun." Ada jeda beberapa saat untuk Kinal. "Kinal mau minta ijin keluar sebentar sama Aaron, ya?"

Dewi mematikan kompornya dan menoleh ke arah Kinal. "Mau kemana?"

"Itu ... Em ...." Kinal kikuk sendiri.

"Ayo cerita yang benar," ucap Dewi sambil menuntun Kinal keluar dapur.

"Nal, sini masak!" seru Ve ketika Kinal dan Dewi akan meninggalkan dapur.

"Gab, bisa tolong sumpelin Ve bentar, gak?" ucap Kinal kesal sebelum benar-benar pergi meninggalkan dapur.

"Jadi kenapa, Nal?" tanya Dewi setelah mereka duduk di ruang keluarga yang sedang sepi.

"Begini, Bun. Tadi Kinal dapat telepon dari ...," Kinal menghela napas, "bunda kandung Kinal." Dengan wajah ragu, Kinal menatap wajah Dewi, menunggu respon dari ibu tirinya.

Dewi hanya diam saja walau masih dengan tatapan hangatnya. Sepertinya dia menunggu kelanjutan cerita Kinal.

"Kinal boleh ketemu sama bunda kandung Kinal sekarang, gak?" tanya Kinal dengan penuh harapan. Harapan diperbolehkan tanpa menyinggung sedikitpun wanita di depannya.

Sebuah senyum mengembang di wajah Dewi. "Bunda sih, boleh ajah." Dewi mengelus rambut putrinya. "Biar bunda yang minta ijin ke ayah kamu. Lagi pula kamu juga pasti kangen banget sama bunda kamu. Bunda ngerti, kok."

Ada kesenangan dan kehangatan yang menjalar di hati Kinal. Sungguh beruntung dia memiliki ibu tiri seperti Dewi.

"Makasih ya, Bun!" Bunda memeluk erat Dewi dan tersenyum bahagia. Tinggal menunggu ijin ayahnya.

***

Kinal masih duduk di ruang keluarga, menunggu Dewi turun dari kamarnya. Lebih tepatnya menunggu keputusan ayahnya.

Sebenarnya Kinal agak cemas karena takut ayahnya tidak mengijinkan dia bertemu dengan ibu kandungnya. Padahal ini untuk pertama kalinya Kinal mendapat kesempatan yang tepat untuk bertemu wanita yang selalu dirindukannya selama lebih dari lima tahun ini.

"Nal." Seseorang menepuk pundak Kinal dan sontak membuat Kinal yang sedang melamun terkejut. "Are you okay?" tanya Aaron sambil tersenyum jahil.

Kinal mencibir Aaron pelan. "Untung jantung gue masih kuat."

Aaron tertawa sambil duduk dengan saudarinya itu. "Udah diijinin?"

Kinal menggeleng. "Bunda belum turun dari kamar dari tadi."

Aaron mengangguk-angguk tanda mengerti.

Tak lama kemudian terlihat Dewi turun dari lantai dua bersama suaminya. Semakin berdebar pula jantung Kinal.

Keduanya duduk berhadapan dengan Kinal dan Aaron. Sungguh tegang atmosifir di ruangan itu.

You and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang