Author P.O.V
Kinal tidak langsung membawa Naomi pulang karena kondisinya yang kacau pasti akan mengundang banyak tanya dari keluarganya. Belum lagi ada Ve disana. Kinal memang belum tau pasti apa hubungan antara Naomi dan lelaki bernama Ari itu. Tapi tadi Kinal sempat mendengar nama saudari tirinya itu disebut-sebut. Mungkinkah ini ada kaitannya dengan Ve? Kinal harus menyimpan pertanyaan itu sendiri.
"Nal, mau kemana?" tanya Naomi yang baru sadar sedari tadi Kinal hanya membawanya keliling-liling saja.
"Em, ah?" Kinal salah tingkah sendiri. "Lupa jalannya lagi, Mi. Aduh, maaf, ya!" ucapnya sambil menghentikan mobilnya.
Naomi menyeka airmatanya, dia sama buruknya seperti saat baru putus dari Vigo malam itu.
"Mau minum?" tanya Kinal berusaha memberi ketenangan pada sahabatnya.
Naomi mengangguk sambil terus mengatur napasnya.
Sekarang terlihat Kinal yang kebingungan sendiri mencari air mineral karena ini bukan mobilnya atau Aaron. Jujur saja ini pertama kalinya Kinal naik dan menggunakan mobil milik Ryan.
"Di keranjang belakang kursi kamu, Nal." ucap Naomi pelan.
Kinal menyeringai dan mengambil sebotol air mineral yang ada di keranjang seperti ucapan Naomi. "Minum dulu, Mi."
Naomi meneguk air di botol itu hingga habis setengahnya. "Makasih, Nal."
Kinal mengangguk dan memperhatikan perumahan di sekelilingnya. Tadinya Kinal mau membawa Naomi keluar komplek, mencari tempat tenang lain. Tapi dia tidak tau daerah Bandung, dari pada nanti mereka nyasar, lebih baik berpura-pura nyasar di sekitar komplek.
Hening menyelimuti mereka beberapa saat. Kinal ingin angkat bicara, tapi tak berani sebelum Naomi yang memulainya. Pasalnya, dia takut malah membuat sahabatnya tak nyaman.
"Ari teman kakak aku." Akhirnya Naomi bersuara lebih tenang.
Kinal mengerutkan keningnya. "Bukannya kakak kamu udah meninggal?" Walau nampak cuek, Kinal tau sedikit-sedikit tentang kehidupan sahabatnya ini.
Naomi mengangguk dan tersenyum getir. "Dulu mereka berteman baik sewaktu kak Delon masih hidup. Aku masih SD waktu itu."
Dari sudut matanya, Kinal bisa melihat ada arti lain dari seorang Ari bagi Naomi.
"Sepeninggalan kak Delon, Ari udah kaya kakak aku sendiri. Dia jagaian aku dan mama kaya kak Delon semasih hidup. Aku sayang sama dia. Dia sama pentingnya kaya kak Delon bagi aku." Naomi menghela napas kasar. "Terus setahun kemudian dia pergi, gak tau pindah kemana. Gak ada kabar kecuali surat perpisahannya. Dan gak sadar kalau dia juga ninggalin luka buat aku."
Kinal mulai mengerti jalan cerita Naomi yang mungkin hanya segelintir orang saja yang tau. Mungkin Shania juga tau. Ah, andai dia juga disini sekarang, pasti Kinal tidak mati gaya untuk menenangkan Naomi saat ini.
"Terus sekarang aku ketemu lagi sama dia setelah hampir enam tahun lamanya. Aku bingung harus bersikap kaya gimana." Setetes lagi airmata yang terjatuh dari mata indah Naomi. Kinal memejamkan matanya karena ikut merasakan sesak di dada.
"Alasan dia pergi dan gak ngabarin aku itu yang buat aku marah. Sungguh gak masuk akal. Aku nganggep dia kakak aku, tapi dia ... ah!" Terdengar suara keputus asaan dari mulut Naomi.
Oke, Kinal mengerti. Sangat mengerti.
Naomi pasti sangat kacau sekarang. Dia pasti belum bisa berpikir jernih dan dewasa ketika seemosi ini. Naomi butuh waktu.
Sama seperti saat Kinal baru mengetahui keberadaan ibu kandungnya. Dia kacau tak karuan. Pikirannya dipenuhi hal-hal negatif dan emosi yang tak terkendali. Dia tidak mengerti dengan keputusan ibu kandungnya saat meninggalkan dia dan ayahnya untuk keluarganya yang baru. Tapi setelah beberapa waktu berlalu. Setelah dia mulai berbaikan dengan ayahnya. Setelah dia berusaha berdamai dengan otak dan hatinya, akhirnya dia bisa melihat sisi baik dari semua ini. Hidupnya menjadi lebih baik. Semua tanya di kepalanya sudah terjawab seiring berjalannya waktu. Dan dia bisa bertemu dengan ibunya dalam keadaan yang tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
You and Me
FanfictionCerita tentang kehidupan anak-anak SMA yang sedang mengalami tahap menuju dewasa.