Ve mengatur nafasnya yang mulai tidak beraturan. Harus Ve akui, kalau dia bukan tipe orang yang sering berolahraga seperti adiknya-Aaron-atau saudari tirinya-Kinal. Dia lebih suka bekutat dengan rumus-rumus fisika atau bereksperimen di laboratorium berhari-hari. Kegiatan berat-di luar hal yang mengutamakan otak-yang pernah dia lakukan adalah mengikuti kegiatan baksos. Ve-entah punya kebiasaan dari siapa-menyukai kegiatan sosial. Dia rela berpanas-panasan untuk berkeliling membagikan nasi bungkus pada anak-anak jalanan di Bandung-dulu-atau mengajar di salah satu rumah singgah-yang biasanya berada di kolong jembatan-bersama teman-teman sekomunitasnya.
"Ve! Mau main gak, sih?" tanya Beby yang kebetulan satu tim dengan Ve saat ini.
Ve hanya mengangguk sambil terus mengatur nafasnya.
Shania yang juga se-tim dengan Ve dan Beby, mengumpan bola basketnya pada Ve. Ve mendribble bola hingga tubuh Naomi menghalanginya.
Ve kebingungan mencari teman untuk diberi operan, sedangkan Naomi terus mencoba mengambil bola dari tangan Ve. Harus Ve akui, Naomi sangat jago dalam bermain basket.
Bug!
Ve terkejut ketika melihat Naomi tersungkur karena Shania-entah dengan cara apa-membuat Naomi terjatuh. Tapi tak terlihat sama sekali wajah penyesalan dari gadis yang perawakannya hampir sama dengan Ve itu.
***
Kinal P.O.V
Sport time!
Salah satu pelajaran yang paling aku suka. Sebenarnya aku menyukai semua pelajaran. Dan kalau kalian pikir aku orang yang benci matematika, fisika, kimia dan antek-anteknya, kalian salah.
Aku emang tidak terlalu pintar pada pelajaran seperti itu, tapi aku juga bukan tipe murid malas yang punya kebiasaan hanya menyalin hasil orang lain. Itu bukan Kinal banget.
Balik lagi soal kelas olahraga. Hari ini kelasku kebagian materi tentang bola basket. Ini pelajaran dari SD sampai mau lulus SMA masih terus ada. Tapi gak papa, aku suka sama pelajaran ini.
Kelasku dibagi beberapa tim untuk permainan basket hari ini. Sialnya, aku kebagian se-tim sama Beby, Ayana, Shania dan Ve. Aku masih bisa menerima se-tim dengan Beby dan Ayana, tapi dua orang lagi yang membuatku merasa enggan untuk kelas olahraga hari ini. Terutama Ve. Oke, kalau soal Shania, aku masih bisa simpan dulu masalah pribadiku dengannya. Selain itu, Shania punya kemampuan bermain basket yang bisa dibilang di atas rata-rata. Seenggaknya dia gak seburuk permainan Ve.
Terserah kalian mau sesuka apa sama pesonanya, prestasi akademiknya atau kelembutan yang sering ditunjukannya. Tapi menurutku, dia tetap saja saudari tiri yang tidak pernah kusuka. Oke, aku mungkin saja bisa melupakan hal itu dulu sebentar. Tapi nyatanya, permainan dia pun tidak sesuai dengan harapanku. Baru main sebentar saja, dia sudah diam sambil mengatur nafasnya yang terengah-engah. Aku tidak tau dia sebenernya mempunyai fisik yang lemah atau memang hanya ingin mencari sensasi agar bisa menarik simpati orang lain saja. Yang jelas, aku tetap tidak menyukai Ve. Titik.
"Ve! Mau main gak, sih?" Suara Beby sudah seperti suara hatiku saat ini. Aku hanya tersenyum sinis ketika mendengar pertanyaan Beby yang lebih terdengar seperti sindiran untuk Ve.
Shania bodoh! Kenapa dia kasih bolanya ke Ve? Bukannya sudah jelas aku dan Ayana sedang berada di posisi bebas? Oh, iya! Memang sejak awal permainan, Shania jelas tidak pernah-mau-memberikan bola kepadaku. Ah! Ternyata aku salah sudah menganggapnya sebagai teman se-timku sepenuhnya, sedangkan dia sendiri tidak pernah menganggapku-yang sebesar ini-ada di depannya.
Ve sekarang tertahan oleh Naomi. Ini jujur saja, kemampuan bermain Naomi dan Ve jelas berbeda jauh. Jadi bisa kupastikan sebentar lagi bolanya berhasil diambil oleh Naomi. Tapi tiba-tiba Shania mendekati mereka-Ve dan Naomi-sambil mendorong Naomi sampai terjatuh. Sontak semua mata tertuju pada Naomi dan Shania. Sedangkan Ve. Dia malah menutup mulut menggunakan tangan kanannya dan ikut tercengang melihat Naomi yang kini tersungkur di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You and Me
FanfictionCerita tentang kehidupan anak-anak SMA yang sedang mengalami tahap menuju dewasa.