25//Akhir

1.4K 88 57
                                    

"Fiz, gue udah sama Nasha nih. Lo mau kita jemput buat pergi bareng ke undangan Intan-Rayhan, gak?" suara Jea dari seberang sana langsung membuat Fiza mendengus geli.

Cewek yang sudah rapi itu lalu menyahut, "Bahasa lo, Je, udah kayak kita mau ke kondangan aja."

Tawa Jea berderai di seberang sana, "Sorry-sorry, nggak bermaksud bikin galau."

Fiza cemberut seketika. "Apaan sih," ucapnya bete. "Lo berdua pergi duluan aja, gue nanti bakal dateng sama seseorang," lanjutnya sok misterius.

"Seseorang? Jangan bilang lo mau dateng sama Kak Fayhar?!"

Mata Fiza berputar malas. Ya kali ngajak Kak Fayhar, bisa-bisa temannya yang satu ini malah jadi salah fokus terus nanti.

"Maunya elo itu mah," katanya jutek. "Pokonya gue bakal dateng sama seseorang! Lo-lo pada pasti langsung tercengang nanti,"

"Terserah lo aja. Yang pasti sih, kalo lo dateng sama Kak Fayhar juga gapapa. Gue bakal senang hati dibuat tercengang terus-menerus selama makan siang nan-"

Klik!

Fiza memutus sambungan telepon secara sepihak. Bisa panas kuping dia ngedengerin celotehan Jea yang nggak bakal ada habisnya kalo udah ngebahas soal kak Fayhar.

Cewek manis itu lalu mendudukkan dirinya di salah satu kursi penumpang yang kosong di bus. Tangannya yang masih memegang ponsel tidak sengaja menyentuh salah satu aplikasi yang langsung terbuka. Terlihat jelas pesan Rayhan tadi pagi yang masih berada di urutan pertama chat-nya hari ini. Ia membuka pesan tersebut, dan senyumannya langsung merekah saat itu juga.

Rayhan Mahesa: Fiz, ketemuan di kafe kiyoshi ya sebelum makan siang

Cewek itu senyum-senyum sendiri. Ditambah lagi begitu ia melihat pesan Rayhan selanjutnya, yang mengatakan untuk pergi bersama ke restoran nanti. Ah, hari ini Fiza benar-benar senang, melewati batas malah. Bahkan ia melupakan gosip tentang Rayhan dan salah satu sahabatnya itu.

Fiza mengalihkan pandangannya ke jendela bus. Hari ini dia begitu manis, dengan setelah baju dungaree dress atau yang biasa disebut baju kodok sampai lutut, ditambah kemeja kotak-kotak berlengan panjang yang menjadi dalamannya. Rambut sebahunya dijepit dengan jepitan biru dan dibiarkan terurai begitu saja.

Sambil memperhatikan pemandangan di sebelahnya, Fiza bersenandung kecil dengan tangan yang terus mengetuk-ngetuk kotak kado di pangkuannya.

**

Pintu café bergemerincing, tanda seseorang masuk. Fiza mengedarkan pandangannya, hari ini café Kiyoshi cukup ramai. Tanpa memesan, dia langsung melangkah menuju rak kayu terbuka untuk mengambil kunci keberuntungan. Angka keberuntungan-nya hari ini adalah 11.

Sambil menunggu, Fiza yang sudah duduk di tempatnya itu terus menunduk, memainkan ponselnya untuk sekedar mengisi waktu luang. Generasi menunduk banget emang. Setelah mengutak-atik ponselnya yang terlihat sepi dan sunyi, tiba-tiba muncul satu notifikasi LINE.

Tubuhnya langsung menegak. Tangannya dengan cepat membuka pesan tersebut, berharap si pengirim pesan tersebut adalah orang yang ditunggunya.

Sendirian aja.

Mata cewek itu melebar seketika. Kepalanya langsung terangkat untuk mencari keberadaan si pengirim pesan -yang sayangnya bukan orang yang dia tunggu.

Ia tak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya saat menemukan seorang cowok jangkung berkemeja kotak-kotak dengan lengan yang digulung sampai siku -khas anak-anak gaul sekali, sedang berdiri di samping mejanya sambil tersenyum lebar. "Kaindra?" Fiza menyipitkan matanya, antara silau dengan senyuman lebar Kaindra, atau karena terpaan sinar matahari dari jendela di sebelahnya yang mengenai wajah cowok tersebut.

Math is My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang