2// Kelas

2.8K 139 8
                                    

Ntah bagaimana caranya, Kak Fayhar tiba - tiba saja sudah terdampar di tempat tidur gue. Padahal semenjak semester dua ini, Kak Fayhar sudah jarang berkunjung ke kamar gue karena sibuk dengan persiapan UNnya yang tinggal tiga bulan lagi.

Gue memutar kursi belajar menghadap Kak Fayhar, "Tumben main ke kamarku,"

"Kangen sama kamarnyaa," jawab Kak Fayhar yang membuat gue cemberut. Yang dikangenin kamarnya, bukan penghuninya!

"Ehh yang tadi di perpus itu temen kamu?" tanya Kak Fayhar sambil memalingkan wajahnya menghadap gue. Tampak jelas lingkaran hitam menghiasi kedua mata Kakak gue ini tanpa kacamata yang biasa menutupinya. Sepertinya Kak Fayhar benar - benar bekerja keras mempersiapkan UN nanti.

Gue mengangguk sekilas, "Temen sekelas, namanya Rayhan,"

Kak Fayhar menatap gue curiga, "Temen?"

"Iya,"

Tatapan jahil menghiasi bola mata Kak Fayhar, "nggak lebih?"

"Nggak,"

"Nggak salah?" Kak Fayhar menahan tawanya.

Gue memutar bola mata malas. Kalau udah masalah berdebat, gue pasti kalah!

"Nggak salah lagi kalau itu salah." Seru gue asal.

Tawa Kak Fayhar akhirnya pecah. Huh! Dia tertawa diatas penderitaan adiknya sendiri!

Gue menutup kedua telinga dengan kedua tangan rapat - rapat. Suara tawa Kak Fayhar hampir saja mengusik kesehatan pendengaran gue. Kak Fayhar sama kayak Jea, toa banget!

"Kaaaaaaaak, aku mau belajar! Balik kamar gih sana!" gue berhasil teriak di sela tawa Kak Fayhar yang membahana itu. Dan itu berhasil membuat Kak Fayhar kembali.

Kak Fayhar bangkit dari posisi tidur sambil mencebikan bibirnya, "Yaudah, Kakak mau balik kamar. Jangan kangen loh sama kegantengan Kakak yang tak akan pernah luntur," katanya dengan nada sombong lalu berjalan menuju pintu.

Gue pura - pura muntah mendengar omongan Kak Fayhar yang kepedean itu. Dan akhirnya, tubuh Kak Fayhar hilang di balik pintu kamar gue.

**

Author's POV

Fiza dan Jea berjalan meyusuri lorong sekolah yang sudah dipadati siswa lain. ketika mereka hendak memasuki ruang kelas '8B', sebuah suara yang memanggil nama Fiza berhasil menghentikan langkah mereka.

"Fiza!" orang yang memanggil Fiza melambaikan tangannnya.

"Kak Fayhar!" Fiza tersenyum lebar melihat Kak Fayhar yang tumben mengunjunginya di sekolah.

"Ada apa Kak?" tanya Fiza saat Kak Fayhar sudah berada tepat di depannnya.

Kak Fayhar tersenyum. Ekor matanya melirik Jea yang masih terbengong menatap kehadirannya.

"Pulang sekolah nanti Kakak nggak bisa bareng sama kamu,"

Seketika Fiza menjadi lesu. Kalau bukan bersama Kakaknya, siapa lagi yang akan membiayai ongkos pulangnya nanti?

"Kenapa?"

"Kakak masih ada tambahan satu jam pelajaran untuk hari ini. Apa kamu mau nunggu sampai jam lima di perpus sendirian?"

Fiza mendecak sambil mencebikan bibirnya, "Gapapa deh Kaaak, yang penting Fiza nggak pulang sendiri," dan ada yang bayarin ongkosnya nanti, lanjut Fiza dalam hati.

"Serius? Kemarin Kakak dapet Broadcast, katanya setiap sore di perpus sekolah kita bakal muncul arwah anak bayi yang-"

"SSSUUTTT!"

Math is My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang