-IntanSembilan belas hari menuju tanggal 19.
Hari ini tepat tanggal 31, hari Sabtu. Kalau biasanya akhir pekan gue belajar santai, kali ini gue belajar sedikit serius. Walaupun diselingi dengan guling-guling di kasur, nyemil, atau gambar-gambar gak jelas di buku sketsa.
Lama-kelamaan gue mulai jenuh juga mantengin buku Matematika dari jam tujuh pagi tadi. Dengan semangat gue keluar kamar untuk mengambil es krim di kulkas. Lumayan, untuk penyejuk otak gue yang mulai berasap.
Dapur dekat dengan ruang keluarga. Di sana, ada bang Ara -nama aslinya Arata, abang gue satu-satunya yang lagi leha-leha di depan tv sambil makan es krim.
Tepat setelah kulkas terbuka, es krim yang gue cari sama sekali nggak keliatan.
Gue tau siapa pelakunya.
Gue membanting pintu kulkas. Menatap bang Ara sinis. "Bang Araaa!"
"Hm?" sautnya tanpa mengalihkan pandangan ke gue.
"Gitu ya bang, ngebetak es krim Intan."
"Dih," katanya gak terima. "Main nuduh aja. Ini es krim nemu di kulkas juga."
"Ya itu punya Intaaaaan," ucap gue gregetan.
"Udah abang makan, berarti punya abang."
Sambil menghembuskan nafas sabar beberapa kali, gue mengedarkan pandangan ke segala arah. Rasanya pengen banget menjerit sambil mukul-mukul meja, tapi nanti gue dikira kesetanan. Kebiasaan lama abang gue ini gak pernah hilang. Bikin gue gondok sendiri.
Bang Ara melirik gue melalui ekor matanya, "Ciee yang mau marah tapi ditahan," udah ngeledek, cekikikan pula.
"Siapa yang mau marah," elak gue. "Makan aja semua cemilan Intan tuh di kulkas. Intan mau bikin mie goreng." Gue melanjutkan, "Nggak boleh minta atau minta dibuatin. Gak sudi,"
Abang gue yang kata orang-orang kayak orang Korea itu malah tambah cekikikan. Nyebelin banget emang. Sifatnya di rumah sama di sekolah beda banget. Kalo di sekolah aja, lagaknya sok keren, sok kecakepan, senang tebar pesona. Walaupun masih kelas satu SMA, tapi fans-nya udah bejibun bahkan sampai ke kakak-kakak kelas. Tapi kalo di rumah, semua sifatnya luntur sudah.
Setelah menambahkan nasi ke atas mie goreng, gue buru-buru masuk ke dalam kamar. Takut diminta.
Sambil makan, gue melanjutkan gambar iseng-iseng di buku sketsa. Kali ini gue mencoba meniru gambar tokoh anime Kou dari komik Aoharaido. Sebenarnya gue nggak terlalu tau jalan cerita komiknya, cuman karena pose Kou di gambarnya yang memakai seragam sekolah sambil bersender di tembok ala model, bikin gue langsung terpesona dan jatuh cinta pada pandangan pertama.
Nyender di tembok aja udah ganteng, apalagi kalo tiba-tiba hidup terus senyum ke gue. Ah, gue langsung meleleh saat itu juga kali.
Ponsel gue yang berada di kasur tiba-tiba berbunyi. Mengambilnya, dan muncul satu notifikasi Snapchat dari 'shanasha'. Oh, si Nasha rupanya.
"Pasti mau pamer selfie alay lagi," gumam gue sambil terkekeh.
Kalo ditanya siapa yang paling aktif di dunia sosmed antara gue, Nasha, Jea, dan Fiza, jawabannya adalah gue dan Nasha. Jea dan Fiza, semenjak SMP mereka berdua mulai kurang berminat sama social media. Tapi percayalah, Jea dan Fiza termasuk mantan-mantan anak alaynya Facebook jaman SD dulu.
Gue ngakak sendiri jadinya 'kan.
Seketika ekspresi jijik mulai melekat di wajah gue ketika Snapchat-an Nasha yang berisi video berdurasi tujuh detik dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Math is My Life
Roman pour AdolescentsSemua bermula dari kebodohan gue di pelajaran Matematika. Dia datang, membawa harapan 'lo pasti bisa keluar dari kebodohan di pelajaran yang membutuhkan banyak rumus itu'. Dan semua berakhir saat gue bisa keluar dari kebodohan itu, tapi terjebak dal...