19 - Goodbye

11.1K 956 82
                                    

Luna POV

Malang.

Tujuan gue saat ini, karena gue diterima di universitas lewat jalur undangan. Puji guru BK kesayangan, much love for bu Tarmi.

"Kamu disana jangan macem-macem ya Luna, mama gak mau denger narkoba atau sebagainya. Lulus maksimal 5 tahun sarjana, kalau nggak mama gak mau bayarin lagi. Terus jam malem—"

"Ya ma, Luna ngerti kok udah besar oke?" Gue peluk mama erat, kalau gue ketinggalan pesawat gara-gara ceramahnya mama kelamaan kan berabe. No way!

"Pesan papa—erm, sama kayak mama aja deh. Kamu jangan lupa pulang kalau liburan, anak perempuan cuma satu udah gitu kuliahnya jauh lagi." Papa itu memang gak romantis kayak mereka-mereka yang sering nge-pap kelakuan papanya, tapi gue udah ngerasa bahagia lahir di keluarga ini.

"Iya bos. Jundi mau bilang apa kamu sayang?" Gue menggerlingkan mata jahil ke adik gue satu-satunya ini.

"Najis. Udah sana berangkat."

"Astaghfirullahaladzim, bagus ya kamu. Mama liat nih anak bungsunya, malah merdeka."

"Mau berangkat aja masih berantem. Mulai deh, Luna hati-hati ya." Kita berpelukan berempat mirip teletubbies bangetkan? Gue yang jadi bayi mataharinya, ketawa terus, bahagia terus.

.

Fake.

.

Gak ada yang baik-baik aja, setelah gue masukin koper ke bagasi gue duduk di J.Co.

Pesawat delay.

.

Oreo blend, dan kursi di pojok.

.

Gue baca surat itu sekali lagi, tulisan tangan Julian yang gak akan pernah terlupakan. Cara dia berkata everything is okay, disaat dia menderita. Dan kesan romantis dia dengan memberi gue surat beserta bunga lewat kurir pos.

Lo tau apalagi yang dia kirim? Sebuah buku. Dilan 1991.

Secara nggak langsung Julian ngasih tanda perpisahan, sama kayak apa yang terjadi antara Milea dan Dilan. Gue memang suka buku itu, tapi apa kisah cinta gue harus berakhir sedih kayak mereka juga?

Cinta dan relationshit memang merubah segalanya. Lebih dari obat-obatan ilegal di luar sana.

...

Dear Laluna Miranda, yang akan selalu ada di hati gue. Haha.

Hai Na, sorry karena gue berubah jadi pengecut. Gue minta maaf karena gak berani bilang langsung sama lo.

Gue takut, gue takut melihat tatapan terluka lo di hadapan gue.

Dan gue gak sanggup.

Na, lo ingatkan pertama kali kita ketemu? Waktu MOS gue telat, kelas 12 marah-marah dan lo diam karena lo cuma sebagai keamanan.

Terus lo mengamankan gue, merhatiin jalannya hukuman gue, dan gue tau nama lo. Hal yang masih terpikir oleh gue adalah ; kenapa waktu itu lo gak bertanya siapa nama gue.

RelationshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang