Luna POV
Udah seminggu ini gue uring-uringan, kerjaan akhir tahun numpuk dan harap-harap-cemas menunggu kepastian dia dari sana.
Ngobrol? Jarang banget! Selain perbedaan waktu yang cukup lama, gue juga tau diri tentang pekerjaan dia disana pasti sibuk. Ini udah nyaris 2 tahun semenjak dia pergi merantau ke nun jauh disana.
Bahkan gue masih teriang perjanjian kita waktu itu.
.
.
.
Hari ini café yang sering menjadi saksi bisu antara gue dan Julian lagi ramai sama pengunjung.
Mungkin, diantara mereka semua ada yang berbagi kisah juga seperti apa yang gue dan Julian lakukan.
Awalnya sih ngobrol biasa aja, kayak yang sebelum-sebelumnya. Mulai dari Julian yang curhat soal skripsi, DC gue ke upacara kelulusannya Julian, Dera dan Rasya yang ribut masuk SD, sampai...tema, tanggal, dan dress yang bagus untuk pernikahan.
"Na, mau gak kalo kamu nunggu aku sampai aku bener-bener siap memimpin kamu ke rumah tangga?"
"Maksudnya?"
"Aku ada pekerjaan di timur tengah, dan mungkin ini juga bisa jadi cobaan buat kita berdua sejauh mana kepercayaan kita. Gak lama kok, paling 2 tahun, hitung-hitung taaruf ya?" Julian berubah menjadi laki-laki yang dewasa banget menurut gue.
Mungkin dia gak sadar, tapi ucapannya itu lebih dari cukup untuk ngebuktiin kalau dia siap untuk jadi imam yang baik di sebuah keluarga.
Terharu, sampai air mata gue lolos begitu aja.
"Na, kamu gak pa-pa kan? Jangan nangis!" Waktu itu refleks Julian meluk gue erat banget, dan gue bales peluk dia erat juga.
Seenggaknya habis ini gue nggak akan ngerasain pelukan ini lagi, gue nggak akan digangguin sama curhatan Julian yang nggak jelas, dan gue nggak akan nemuin orang yang akan selalu menghibur gue. Kalaupun iya dalam status yang sah secara hukum dan agama. Kayak yang sering orang tua bilang; pacaran sehabis nikah itu lebih seru.
"Nggak nangis kok, cepet pulang ya. Jangan selingkuh!" Ucap gue sambil sesenggukan yang pastinya jelek banget, sampai malu gue ngingetnya.
"Gak akan, dan gak akan pernah." Julian ngasih gue kecupan di pipi berkali-kali saking gemesnya.
"Bu, liat om sama tante itu cium-cium."
"Hush kamu ngomongnya jangan kenceng-kenceng!"
"Na, lanjut di mobil yuk?" Mendadak suhu di sekitar gue meningkat dan mood gue langsung hilang saat itu juga.
Memang gak ada bibit-bobot romantisnya.
"Julian!"
.
.
.
Gue mendesah lelah, rasanya baru kemarin Julian ngeganggu gue bikin presentasi. Baru kemarin dia usil nelfon pagi-pagi buta buat ngingetin sholat subuh, dan baru kemarin kita foto studio berdua waktu Julian wisuda.
Semua rasanya baru kemarin, sampai-sampai 3 bulan lalu gue mendapat kiriman email yang sukses bikin uring-uringan sampai detik ini.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationshit
MizahPacaran sama kecengan sekolah cakep, siapa yang gak ngiri sih ngeliat kemesraan Luna sama Julian tiap hari duh. Cem-macem relationship goals di tumblr. Apalagi kalau yang digebetnya kakak kelas macam Luna. Sangar-sangar gemay gitu. "Pingin punya pac...