Author POV
Suasana café malam itu cukup ramai namun tetap tenang. Sepasang kekasih memandang langit dari sudut ruangan berusaha mencari-cari pantulan bintang yang paling terang, ditemani segelas cappucino dan white tea di meja.
"Ra,"
"Ya?"
"Happy anniversary yang ke 36." Sebuah kue tart kecil berbentuk hati dengan tulisan 36th anniversary diatasnya tersuguh apik di hadapan mereka, seolah menarik orang yang melihatnya untuk segera mencicipi rasa manis dari kue itu.
"You too." Setelah memejamkan mata dan meminta harapan, keduanya meniup lilin yang berjejer diatas kue.
Cukup lama menimbang, Julian mulai berucap. "Ra, kamu inget gak waktu pertama kali kita jadian?" Jantung Ara berpacu cepat, perasaannya mendadak tidak nyaman.
"Ingetlah, hari penting gitu masa lupa."
"Gimana kalau kita kembali ke tanggal sebelum kita jadian?"
Hening melanda cukup lama. Ara tahu hari ini akan datang, tapi ia tidak pernah menyangka hanya satu kali pertemuan antara Julian dan Luna semua berakhir semudah membalikkan telapak tangan.
"Kenapa?"
"Karena hati itu gak bisa dibohongin, setahun, dua tahun bahkan tiga tahun-pun ketika bertemu dia yang berhasil membuat jantung ini berhenti berdetak, rasanya sakit Ra. When you meet your mate and you're trying to deny it, it would be hurt much. Much and mucher if much-er is a word." Julian sedikit merutuk, demi Luna ia berubah menjadi lelaki puitis dengan ribuan majas metafora dan hiperbola yang berterbaran dalam pikirannya.
Dan apa-apaan itu much-er? Sungguh, Luna harus bertanggung jawab untuk itu.
"Tapi aku nggak mau."
"Bukannya dulu kamu yang bilang kalau hubungan itu harus dijalankan sama kedua pihak. Dan sekarang kamu mau ngejalanin ini sendirian?"
"..."
"Mungkin aku nggak mencintai kamu, tapi aku udah sayang kamu. Adik kecil yang manis, itu kamu Avara. Sekarang kamu udah dewasa, gak manja lagi. Kamu berubah ke arah yang lebih baik."
"..."
"Suatu saat pasti akan ada orang yang mencintai kamu, sayang sama kamu sebagai perempuan hebat di matanya. Aku minta maaf. Hubungan romansa kita berakhir disini, tapi bukan akhir dari sebuah pertemanan."
"Aku, aku—gak bisa. Julian aku bener-bener gak bisa. Apa kamu segitu cintanya sama Luna? Atau dari awal kamu emang—"
"Sstt, lo itu cantik Ra banyak kok cowok yang mau sama lo. Dan selama tiga tahun bukan berarti gue gak sayang sama lo, bukan. Gue sayang sama lo, tapi gak bisa cinta sama lo. Itu aja."
Dan tidak ada lagi aku-kamu.
"..."
"Lo pasti tau kan, resiko pacaran sama cowok brngsek kayak gue? Suatu saat gue akan ninggalin lo demi Luna, dan mungkin ini waktunya. Tiga tahun udah cukup untuk masing-masing dari kita belajar dewasa, oke? Sekarang, kita pulang ya."
Malam itu, ia membiarkan airmatanya mengalir deras di hadapan Julian. Berharap hujan datang untuk menutupi kesedihannya.
Namun hujan-pun mengkhianatinya.
***
Pagi ini Luna terbangun dari tidur nyenyak-nya sedikit terlalu pagi. Jam 4:30, biasanya kalau sudah musim liburan kuliah dan tidur di kasur kesayangannya ia bisa bangun jam 6 dan tidur lagi sampai jam 10.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationshit
HumorPacaran sama kecengan sekolah cakep, siapa yang gak ngiri sih ngeliat kemesraan Luna sama Julian tiap hari duh. Cem-macem relationship goals di tumblr. Apalagi kalau yang digebetnya kakak kelas macam Luna. Sangar-sangar gemay gitu. "Pingin punya pac...