21 - Julian dan Luna

10.8K 775 96
                                    

Author POV

Malam menunjukan bintang-bintangnya yang berkilau, jarum pendek jam menunjuk angka 11 di dinding. Seorang gadis menikmati waktu liburan semester kuliahnya dengan menatap langit malam dari jendela kamar, senyum merekah tak juga terlepas dari bibirnya. Seolah sang kekasih di sebrang sana sedang menatap wajahnya yang berbinar saat ini.

"Btw Julian, hari minggu kamu ada acara?"

"Nggak, kenapa?"

"Aku ada acara keluarga di Jakarta, kamu ikut ya? Sepupu aku mau nikahan."

"Hmm, yaudah oke. Nggak ada dresscode kan? Besok aku jemput jam berapa?"

"Hahaha, nggak kok. Jam 9 aja, see you tomorrow Love."

"See you."

***

"Ready?" Pria itu bertanya diiringi tatapan jenaka melihat gadisnya hari ini.

"Jangan ketawa, aku gak dandan. Maaf ya, gak bisa."

"Udah cantik kenapa harus dandan?" Sang gadis tak bisa menahan senyuman yang hendak timbul di bibirnya, lelaki di hadapannya ini selalu tau bagaimana cara membuatnya tersenyum malu.

"Taunya pas udah disana aku dipasangin topeng, malesin."

"Garing deh. Orang yang cantik bajunya."

"Tuhkan,"

"Yaudah ah, ayo berangkat sweetheart. Sabuk pengamannya jangan lupa ya." Tangan kanan sang kekasih menarik sabuk dan memasangkan itu untuk dirinya. Rona merah mulai menghangatkan pipinya, diperlakukan bak tuan putri setiap hari, siapa yang rela untuk melepas laki-laki bak malaikat di hadapannya ini?

Tidak ada.

***

Acara adat pembuka resepsi telah berlalu, sebagai anggota keluarga mereka didahulukan untuk mengambil giliran pertama dalam sesi foto bersama.

"Cie yang udah nikah. Bang, jagain kakak tertua keluarga besar gue ya, dia tiap hari nyebelin siap-siap aja."

"Dasar adek durhaka." Mempelai wanita mengerucutkan bibir pertanda kesal, namun matanya tak luput dari pandangan jenaka.

"Sst, udah mau difoto nih. Senyum." Giliran sang mempelai pria yang berbicara diiringi senyuman lembut.

Usai pengambilan sesi foto, kedua pasangan kekasih itu beranjak turun.

"Selanjutnya acara sungkeman, kepada seluruh cucu-cucu dari mempelai wanita diharapkan naik ke panggung." Sang MC berbicara lantang dari sudut ruangan.

"Na, aku dipanggil. Kamu tunggu aja disana ya." Tunjuk Aufar ke arah meja khusus keluarga.

"Iya, iya, bawel." Luna menjulurkan lidah mengejek yang kemudian segera berbalik setelah Aufar membalas ejekannya dan pergi mengantri bersama sanak keluarga lainnya.

—Sebelum sang gadis sedikit tersandung akibat karpet yang tak tertata dengan baik.

"Ups,"

Beruntung, ia tak perlu menahan malu akibat terjatuh. Seseorang telah menahan beban tubuhnya dari gaya gravitasi.

"Maaf, mbaknya gak pa-pa?"

"Iya, makasih ya mas—"

Ucapan itu terputus ketika sang gadis mengadahkan kepalanya, dan tertegun.

RelationshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang