Who Is She?

395 23 0
                                    


Leonel Alvaro Musio

Senin, hari yang paling dihindari oleh beberapa anak sekolah, termasuk Alvaro. Seperti sekarang, walaupun sudah siang tapi dia masih saja terbaring di tempat tidurnya. Dia bahkan tidak ada niatan untuk beranjak, tapi sekolahnya yang lumayan ketat mengharuskan murid di sekolahnya berangkat pagi.

'Shit. Udah hari Senin aja. Males gue." Gumam Varo dengan malas.

Tapi, dia pun harus tetap bangun dan bersiap untuk berangkat ke sekolah. Walaupun dia masih malas, tapi dia juga tidak mau dihukum.

Selesai mandi, sholat dan bersiap-siap Varo pun melihat jam di dindingnya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 06.25 dan dia langsung turun ke ruang makan.

"Ayo nak, kita makan dulu." Ucap ibunya dengan hangat.

"Gak usah, mam. Varo makan di sekolah aja. Nanti Varo telat." Tolak Varo dengan lembut. "Yaudah, Varo berngkat dulu ya, mam. Bye." Setelah mencium pipi mamanya, Varo pun langsung keluar rumah dan menaiki Ninja merahnya dan langsung melaju ke sekolahnya.


Varo POV

Sesampainya di parkiran sekolah, gue masuk ke gedung sekolah. Graha High School. Ya, itu nama sekolah gue. Salah satu sekolah yang cukup terkenal di Jakarta, kebanyakan anak-anak gaul dan elite. Tapi gak sedikit juga siswa-siswi yang pintar dan berprestasi. Termasuk gue. Ya walaupun prestasi di bidang musik, tapi tetap aja kan berprestasi. Haha.

Gue memasuki lorong sekolah gue. Gue jalan dengan santai, karena bel masuk masih lama dan durasi perjalanan gue dari rumah ke sekolah cukup singkat, karena gue lumayan ngebut waktu jalan ke sekolah tadi.

Dalam perjalanan gue masuk ke kelas dan melewati lorong ini, gue melihat seorang cewek yang lagi celingukan gak jelas. Mukanya asing. 'kayaknya anak baru deh, gak pernah liat gue.' Ucap gue pelan nyaris tak terdengar.

Kalau diperhatiin, lumayan juga sih tuh cewek. 'Apaan si lo, Ro,' batin gue.

Kayaknya, kalo gue modusin dikit gapapa kali ya.

Oke, saatnya gue beraksi.

Dengan santainya gue jalan menghampiri cewek itu. Gue sengaja senggol pundaknya yang membuat dia agak sedikit terdorong. Maafkan Varo yang ganteng ini wahai anak baru.

Refleks, dia langsung mendongak ke arah gue dengan tatapan yang sadis menurut gue.

"Heh cewek. Jalan tuh liat-liat bisa gak?! Gak bisa liat apa disini ada orang? Punya mata, 'kan?" Ucap gue dengan ketus.

Sebenernya gue pura-pura ketus. Haha

Mukanya yang langsung merah. Mungkin karena denger gue ngomong dengan nada ketus tadi. 'berhasil', batin gue.

"Eh cowok, elo tuh yang gak punya mata. Lorong luas gini masih aja jalannya gak bener. Udah ah, minggir lo!" Jawabnya tak kalah ketus.

Sehabis dia bilang gitu, dia nyenggol gue dan langsung pergi ninggalin gue. 'Gila. Jutek banget nih cewek.' Batin gue.

Secara, jarang dan hampir gak ada anak cewek di sekolah gue yang se-jutek itu sama gue. Ya rata-rata mereka semua nyapa gue, dan kadang ada yang dengan tatapan menggoda.

Maklumlah, secara gue ini ganteng.

Gue perhatiin tuh cewek dari belakang. Badannya yang ramping, dengan rambut kuncir kudanya yang membuatnya terlihat agak sedikit tomboy. Tapi tetep cantik menurut gue

My ENEMY is My LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang