Maybe?

213 11 0
                                    


Alvaro POV

'Luna? Dia ada di sini? Sedang apa dia?'  Ucapku dalam hati. Sedang apa dia di sini? Eh, tapi dia bersama Tiff dan Dina. Mungkin mereka sedang nongkrong di café.

Eh tunggu. Luna terlihat lebih fresh hari ini. Dan terlihat lebih...cantik. Hush—apaan sih gue mikirnya.

Gue pun langsung menggelengkan kepala membuyarkan pikiran aneh tadi.

By the way, ini baru pertama kalinya gue tampil di café, dan perfome perdana gue di Café Domino ini. Gue sendiri sedikit merasa gugup karena mungkin ini penampilan gue yang pertama di depan umum. Kalau untuk temen-temen gue yang lain, gue gak tahu apa yang mereka rasain saat ini.

Band gue menampilkan lagu yang dipopulerkan oleh Paramore yang berjudul The Only Exception. Di sini gue dan Seno yang nyanyi, padahal bagian gue adalah gitar, tapi band gue juga mempercayai gue untuk nyanyi. Mungkin karena mereka juga sadar kalau suara gue gak kalah kerennya sama Seno. Hahaha.

Sebenernya kami udah punya lagu ciptaan kami sendiri. Tapi bukan sekarang waktu yang tepat untuk menampilkannya, mungkin nanti.

"Oke. Selamat sore semuanya." Ucap Seno dengan hangat yang kemudian dibalas oleh para pengunjung café. "Baik, kami dari Larcenciel Band akan menampilkan sebuah lagu dari Paramore yang berjudul The Only Exception. Buat kalian yang tau lagunya, nyanyi bareng kami, ya. Oke, enjoy the show." Tambahnya.

Selama gue nyanyi, gak tahu kenapa pandangan gue gak bisa lepas dari cewek yang satu ini. Cewek yang selalu jutek sama gue tapi ramah sama orang lain. Pfft, diskriminasi banget, 'kan?

Ekor mata gue terus melirik ke arah Luna. Dia tampak tidak terlalu tertarik dengan penampilan band gue. Entahlah, karena dari tadi dia cuma fokus ke makanannya aja.

Tapi apa peduli gue, emang segitu harusnya dia liatin penampilan gue? Ah ngaco nih gue mikirnya.

Setelah lagu selesai kami tampilkan, gue dan Seno mengucapkan salam penutup dan kemudian kami turun dari stand panggung dan kembali ke ruang ganti.

"Eh gila, bro, sukses deh kita." Ucap Niko gembira.

"Iya walaupun cuma tampil di café, tapi rasanya gue udah cukup puas." Sambung Doni.

Gue dan yang lain ikut mengangguk setuju.

Ya, gue merasa puas banget malam ini. Walaupun cuma tampil di café, tapi ini pertama kalinya band gue tampil di depan umum. Ada kebanggaan tersendiri buat band gue. Yah—semoga aja penampilan kami di depan umum tidak sampai di sini saja. Aamiin.

Setelah itu, gue dan band gue keluar dari ruang ganti dan kami sepakat untuk mencoba juga makanan yang disediakan di café ini.

Gue dan kelima temen gue mencari tempat duduk, dan akhirnya kami menemukan meja dengan 6 kursi. Terletak di pojok kanan café dan bersebrangan dengan mejanya Luna. Dan kebetulan juga tempat gue duduk ini berhadapan dengan Luna. Entahlah, sudah berapa kali gue sebut-sebut kata 'Luna' di sini.

Kemudian waiter memberikan buku menu dan kami berenam memesan makanan dan minuman. Setelah kami memesan dan pesanan kami sudah dicatatan oleh sang waiter, ia pun langsung pergi ke dapur café.

Sekitar beberapa belas menit kami menunggu akhirnya pesanan kami pun datang juga. Dan kami berenam langsung melahap makanan ini.

Disela-sela gue makan, gatau kenapa mata gue gak bisa lepas dari Luna. Duh, dasar mata gak bisa diajak kompromi.

Saat gue bergelut dengan pikiran gue yang lagi aneh ini, gue lihat Luna dan kedua temannya itu pergi meninggalkan café. Bahkan sampai mereka keluar café dan memasuki mobil mata gue tetep gak bisa lepas dari Luna. Ya Tuhan.

My ENEMY is My LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang