Broke Up

88 3 3
                                    


Mereka sedang makan di salah satu restaurant, Luna dan David. Sudah hampir dua minggu mereka menjalani hubungan, dan sudah beberapa kali juga mereka hangout berdua seperti ini.

Tetapi, sudah hampir seminggu terakhir, Luna merasa ada yang salah dengan semua ini. Dia senang menjalin hubungan dengan David. Bagi Luna, David adalah sosok pacar yang perhatian, lembut, pengertian dan sangat menghargai kemauan Luna. Tetapi, entah kenapa dia akhir-akhir ini merasa ada yang salah.

Luna merasa kalau dia seharusnya tidak menjalani hubungan dengan David. Dan seketika Luna sadar, bahwa dia sudah menghianati prinsipnya sendiri. Prinsip yang dia bangun dari lama. Prinsip yang bahwasanya, salah satu alasan dia kembali ke Indonesia adalah untuk menemui teman masa kecilnya sekaligus cinta pertamanya, Leo. Tetapi saat ini ia malah berpacaran dengan orang lain.

Dan terlepas dari itu semua, Luna memang merasa sudah tidak nyaman dengan hubungan ini. Bukan karena David, tetapi karena dirinya. Karena ia yang memang merasa sudah tidak ada lagi gairah dalam hubungan ini.

Memikirkan semua ini membuat Luna melamun, David yang menyadari bahwa Luna sedang melamun pun menyadarkan pacarnya.

"Lun! Luna! Luna!" Panggil David.

Luna yang masih berdiam diri pun tidak menggubris panggilan David.

"Lunaaa... Hei, Lun!" Panggil David lagi sambil menggoyangkan sedikit badan Luna.

Akhirnya Luna pun tersadar, "Eh, iya, kak. Maaf, maaf aku ngelamun ya." Jawab Luna merasa tidak enak.

"Kamu kenapa, Lun? Kok ngelamun gitu sih?" Tanya David yang terfokus pada Luna.

Luna hanya memandangi David, pikirannya masih pada perasaan bimbangnya. Saat ini Luna berfikir ingin mengakhiri hubungannya dengan kakak kelasnya ini. Tetapi saat melihat tatapan David yang tulus ini, Luna benar-benar menjadi bimbang. Ia sangat tidak tega memutuskan hubungannya dengan orang sebaik dan setulus David. Karena bagi Luna, David sudah sangat mengerti Luna.

Tetapi kembali lagi pada perasaan Luna sekarang. Ia merasa kalaupun hubungan ini dilanjutkan, pastinya juga akan menyakiti David yang sudah setulus ini pada Luna.

"Eh, gapapa kok, kak. Hmmm—kita pulang aja, yuk. Tiba-tiba aku pusing." Jawab Luna bohong.

Dan akhirnya, Luna berniat akan mengakhiri hubungannya dengan David. Tapi bukan sekarang, bukan saat ini. Dia akan mencari waktu yang tepat.

Kemudian, mereka berdua pun pergi meninggalkan restaurant.

Di dalam mobil pun, keheningan menyelimuti mereka berdua. Tidak ada satu pun yang berbicara. Hanya ada alunan musik yang terdengar diantara mereka.

David yang sedang menyetir, sesekali melihat ke arah Luna. Dia melihat Luna hanya diam dan memandangi jalanan.

David tahu ada sesuatu yang disembunyikan Luna. David tahu pasti ada yang mengganjal di hati Luna. Ia sebenarnya ingin menanyakan keadaan Luna, tapi dia tahu mungkin sekarang Luna hanya ingin memendamnya sendiri dulu.

Tak lama, mobil David pun berhenti tepat di depan rumah Luna. Mereka sudah sampai.

Tetapi Luna masih melamun, dia tidak menyadari kalau mereka sudah sampai.

"Lun, hei. Kita udah sampe, nih." Ucap David membuyarkan lamunan Luna.

Luna pun akhirnya tersadar, "Oh, eh iya. Udah sampe, ya? Hmm yaudah aku masuk ke rumah ya, kak. Makasih untuk ajakannya." Ucap Luna yang terpaksa senyum.

My ENEMY is My LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang