Accident

101 2 0
                                    


"Mik, gue mau ajak lo dan Juna ketemuan. Di rumah gue. Sekarang." Ucap Varo serius saat sedang menelfon dengan Mika.

'Okey. Tapi bentar, kok lo tiba-tiba ngaj—'

Varo langsung memutuskan sambungan telfonnya. Dia bingung sekarang. Dia ingin merencanakan sesuatu, dia ingin melakukan sesuatu. Sesuatu yang Varo sendiri bingung harus melakukannya bagaimana.

Maka dari itu, Varo mengundang kedua temannya—Mika dan Juna untuk datang ke rumahnya. Saat ini. Malam ini juga.

Varo terus bolak balik di balkonnya, berfikir. Dia berfikir harus bagaimana melakukan aksinya nanti. Dia benar-benar ingin membuat aksinya ini terlihat sangat berkesan. Tetapi di sisi lain dia juga bingung harus bagaimana.

Dilihatnya jam di pergelangan tangannya. Mika dan Juna belum juga datang. Ah benar-benar mereka ini. Saat sedang dibutuhkan, malah lama sekali datangnya.

Sekitar setengah jam, akhirnnya suara klakson mobil Mika terdengar. Tanpa basa-basi Varo langsung keluar dari kamarnya dan langsung menemui kedua temannya.

Padahal, dia lupa satu hal.

"Gila lo, Var. Lo menyambut tamu lo yang rela dateng malem-malem gini hanya dengan celana kolor?! Sakit lo!"

Ya, Varo lupa kalau dia hanya memakai celana pendek, bahkan pendeknya di atas lutut.

Sungguh memalukan.

Juna kaget saat baru membuka pintu rumah Varo, dia malah melihat makhluk sinting di depannya.

Mungkin ini efek karena dia berfikir sangat keras tadi.

Varo hanya menyengir malu saat menyadari penampilannya sekarang. Tapi ini bukan hal yang harus di permasalahkan, ada hal lain yang lebih penting.

"Udah lah bodo amat. Sekarang lo berdua buruan ikut gue ke kamar." Ajak Varo yang langsung berjalan ke arah kamarnya, diikuti dengan Mika dan Juna.

Dalam perjalanan masuk ke kamar Varo, Mika berkata, "Gue makin serem aja. Dengan penampilan dia yang begitu, terus sekarang ngajak kita ke kamar. Lebih serem dari Conjuring 2, Jun."

Juna yang setuju dengan ucapan Mika hanya mengangguk ngeri.

Pikiran macam apa, itu? Ish.


**


16.00, di danau.

Luna menunggu kehadiran Varo. Mukanya terlihat khawatir.

Bagaimana tidak? Tadi siang saja Varo tidak masuk sekolah, tidak ada yang tahu kenapa dia tidak masuk, bahkan Mika dan Juna pun tutup mulut saat Luna bertanya.

Saat ini dia benar-benar pesimis kalau Varo akan datang. Karena Varo sendiri saja tidak ada kabar.

Sudah lewat lima belas menit Luna menunggu di bangku dekat tepi danau, dan Varo pun belum datang juga.

Kemudian, dia mendengar orang berteriak, "Tolong, ada orang kecelakaan!" Teriakan itu terdengar sampai telinga Luna.

Luna yang penasaran pun langsung berjalan menuju sumber suara.

Tak jauh dari Luna berdiri, ia melihat ada kerumunan orang yang entah sedang mengerumuni apa.

Luna langsung melihat apa yang sebenarnya terjadi, saat ia berhasil melewati orang-orang yang berkerumun, ia langsung terpaku.

Seperti patung.

Ternyata, yang disebut seseorang tadi bahwa ada orang kecelakaan, ternyata orang itu adalah Varo.

Luna benar-benar seperti patung, atau mungkin jantungnya juga yang ikut seperti patung.

Di depannya. Tergeletak seseorang, dengan darah yang mengalir dari kepalanya sampai ke aspal, dengan di tangannya ada sebucket bunga tulip, kesukaan Luna. Diyakini bahwa orang ini memegangnya sangat kuat, terlihat dari ujung bucket bunga yang agak mengerut.

"Va-Varo—" Ucap Luna parau.

Luna benar-benar terpaku di sana. Varo. Orang yang dicintainya, sedang tergeletak dengan darah yang mengalir dari kepalanya.

"Gue minta tolong sama kalian." Ucap Varo pada Mika-Juna saat duduk di kursi belajarnya dan Mika-Juna yang duduk di tepi kasurnya.

Juna menautkan kedua alis matanya, menyiratkan, 'minta tolong apa?'

Dengan muka konyolnya, Varo mengaku, "Gue mau shoot shoot Luna."

Mika dan Juna melotot kaget. Apa Varo yakin? Secepat itu?

"Bahasa lo, shoot shoot segala." Ujar Mika sinis.

Varo hanya menyengir kuda, lucu sekali. Dan percayalah, muka konyol Varo saat ini sangat berbeda dengan hari-hari biasanya.

"Biarin." Varo memeletkan lidahnya. "Tapi gue mau yang gak biasa. Yang beda. Yang berkesan. Ah pokoknya keren!" Tambahnya semangat.

Mika dan Juna terlihat berfikir, dilihat dari mukanya mereka sangat serius memikirnya bagaimana aksi shoot shoot nanti.

Menunggu Mika-Juna berfikir, Varo pun menyesap teh panas buatan mamanya tadi. Saat bibir Varo sudah sampai di permukaan gelas,

"Gue tau rencana yang bagus!" Ucap Mika dan Juna bersamaan.

"Anjir, panas!" Ujar Varo yang bibirnya terkena teh panas akibat Mika-Juna yang mengagetkannya.

Melihat itu, Mika-Juna tertawa lepas dan Varo hanya mengendus kesal.



--

My ENEMY is My LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang