Janjian

105 2 0
                                    


Hei, bro. Besok gue pulang. Besok lo jemput gue di bandara, yee wkwk

Varo membuka pesan saat hp nya bergetar. Pagi ini saat baru saja Varo membuka matanya, dia melihat hp-nya yang di nakas bergetar. Saat dilihat, ternyata Rio—kakaknya akan pulang besok.

Baiklah, besok dia akan menjemput kakaknya.

Hari ini hari Minggu, Varo berencana jogging hari ini. Entahlah, saat ini Varo sangat ingin jogging.

Selesainya bersiap, Varo pun turun menuju ruang makan menemui mamanya yang sedang masak di dapur yang dekat dengan ruang makan.

"Pagi, mam." Varo mencium pipi mamanya saat sudah sampai di dapur.

"Pagi anak mama yang ganteng. Eh, kamu mau jogging?" Tanya mamanya saat melihat Varo yang sudah siap dengan pakaian joggingnya.

"Iya mam. Biar sehat hehe." Ucap Varo sambil menyengir kuda.

"Yaudah nih minum susu dulu lumayan biar anget." Ucap sang mama sambil memberi segelas susu pada Varo.

"Ish, Varo berasa anak kecil maam." Rengek Varo.

"Kamu memang masih kecil, umur kamu baru 17 tahun. Itu juga beberapa bulan lalu, 'kan?" Jawab mamanya.

Varo hanya memanyunkan bibirnya. Ya, walaupun Varo di luar rumah terutama di sekolah seperti playboy, tapi percayalah di rumah dia sangat manja. Terutama pada mamanya.

Akhirnya Varo meminum susunya yang diberi mamanya tadi. Saat dikiranya sudah habis, Varo beranjak dari duduknya.

"Yaudah mam, Varo jogging dulu ya." Ucapnya yang kemudian berjalan keluar rumah.

"Iya sayang hati-hati. Eh eh tunggu." Tanya mamanya yang menahan Varo yang sedang jalan.

"Kenapa mam?"

"Besok kamu jemput kakak kamu, 'kan?"

"Iya mam, tadi bang Rio udah ngabarin Varo." Kemudian Varo lanjut berjalan kearah pintu rumahnya.

Saat sampai di pintu dan sudah setengah membuka pintunya, terlihatnya papa Varo yang baru turun dari tangga.

"Mau kemana, Var?" Tanya papanya.

"Jogging, pap. Duluan ya, assalamualaikum semuaaa." Ucapnya pada papa dan mamanya.

"Waalaikumsalam." Jawab papanya sambil menggelengkan kepala.


**


Luna berhenti dari lari kecilnya. Dia mengatur nafasnya. Karena merasa lelah dan haus, dia pun mencari penjual minuman. Setelah jalan sedikit mencari penjual minuman, akhirnya ketemu juga.

"Bang es tehnya satu, ya!" Ucap Luna dengan sedikit ngos-ngosan karena masih kelelahan.

"Iya neng." Ucap si penjual.

Luna duduk di bangku taman yang tidak jauh dari pedagang es tadi.

"Ini neng, esnya." Ucap si penjual memberi minuman pada Luna.

"Eh, iya bang makasih. Jadi berapa?" Tanya Luna.

"3000 aja, neng." Jawab si penjulan, kemudian Luna memberi uang senilai 3000 rupiah tersebut pada si penjual.

"Makasih, neng." Ucap si penjual yang kemudian pergi meninggalkan Luna.

"Huh! Pegel banget." Gumam Luna yang sedang memijat kecil kakinya yang pegal dan sesekali menyeruput es yang tadi dibelinya.

My ENEMY is My LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang