Mulai Bertengkar Lagi

164 4 0
                                    


Siang ini Luna sedang mengitari rak-rak buku untuk mencari beberapa novel terbaru. Ya, Luna memang senang membaca, membaca adalah hobi terpendamnya. Kadang, kalau Luna merasa bosan dia sering membaca novel-novel favoritnya.

Seperti saat ini, dia sebenarnya sedang bosan, tapi karena novel yang dia punya sudah dibaca semua jadi dia ingin membeli buku yang baru.

Karena, membaca buku yang sudah pernah dibaca akan membuat buku tersebut tidak berkesan lagi, bukan?

Saat ini, sudah ada tiga buku yang dipegangnya. Dia memang sengaja ingin membeli banyak buku, supaya dia tidak bolak-balik membeli buku lagi.

Dan dia akan mencari buku yang lain, mumpung saat ini dia sedang membawa uang lebih.

Setelah sudah merasa puas dengan beberapa buku yang ada di tangannya, kemudian dia bejalan ke kasir untuk membayar semua buku yang dibelinya.

Setelah membayar buku yang dibelinya, dia memasukkan buku-buku tersebut kedalam tas ranselnya kemudian keluar meninggalkan toko buku tersebut.

Sesampainya di luar toko, dia menengok kanan dan kiri. Luna merasa haus, dia ingin membeli sesuatu yang bisa menyegarkan tenggorokannya.

Dia menyipitkan matanya melihat ke arah kirinya, dilihatnya ada café di sana.

"Ke sana aja kali, ya. Haus banget, elah." Gumamnya, kemudian dia berjalan ke arah café tersebut. Luna lebih memilih jalan ke arah café daripada naik kendaraan, karena menurutnya itu akan membuang-buang uangnya. Lagi pula, lebih sehat jalan, 'kan? Dan terlebih café tersebut tidak terlalu jauh.

Sampainya Luna di depan café, kemudian dia memasuki café tersebut. Terdengarnya lonceng yang menggantung di atas pintu, menandakan bahwa ada yang membuka pintu, entah itu orang yang masuk atau keluar.

Luna berjalan ke arah kasir untuk memesan minuman dan cemilan untuk menemaninya. Setelah sudah memesan dan membayar pesanannya, kemudian Luna melihat sekeliling café tersebut. Dicarinya kursi yang kosong. Agak sulit mencarinya, karena sudah terlihat kalau siang ini café tersebut sedang ramai pengunjung dan juga karena café nya yang cukup besar.

Luna berjalan mengelilingi café mencari tempat yang kosong, selang beberapa menit akhirnya dia menemukan bangku yang kosong. Terdapat bangku dengan dua kursi yang bersebelahan dengan tembok, agak menyudut memang, tapi mau gimana lagi. Karena dari tadi Luna tidak menemukan bangku kosong. Kemudian Luna berjalan ke arah bangku tersebut.

Sesampainya di bangku tersebut, dia sudah meraih kursi yang akan didudukinya. Tetapi, saat ingin duduk, dilihatnya ada tangan yang dikiranya adalah tangan laki-laki yang juga meraih kursi yang satunya.

Luna sedikit mendongak, dan tangan tersebut adalah tangan laki-laki yang duduk sebangku dengannya di kelas. Ya, dia Varo.

"Heh! Gue duluan yang dapet ini bangku. Mending lo cari yang lain, deh!" Usir Luna dengan ketus.

"Yee apaan! Jelas-jelas gue duluan. Lo aja sana cari bangku lain." Jawab Varo tak kalah ketus.

"Ih! Lo aja sana. Jangan duduk sini!" Usir Luna yang masih berdiri melihat Varo yang sudah duduk di bangku pilihannya.

"Bodo. Gue udah duduk nih." Jawab Varo mengejek.

Luna mengendus kasar. Dia sebal. Kalau Varo duduk di situ, lalu dia duduk di mana?

Luna masih berdiri menahan emosinya sambil melihat sekeliling café, tidak ada bangku kosong lagi ternyata.

"Yaudah sih, lo duduk situ aja, kenapa?!" Ucap Varo tiba-tiba.

My ENEMY is My LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang