Reason

147 5 0
                                    


Sore ini Varo sedang bersantai di kursi panjang yang ada di tepi danau. Sepulang sekolah tadi, ia langsung keluar sekolah untuk menangkan hati dan fikirannya.

Saat di sekolah saja, dia benar-benar kalut. Hatinya seperti teriris. Mengetahui kalau Luna benar berpacaran dengan David membuat dia benar-benar seperti mayat hidup. Dia sendiri tidak mengerti kenapa dia seperti ini. Baru kali ini dia merasa patah hati seperti ini.

Sampai Mika dan Juna yang mengajaknya mengobrol pun tidak digubris. Luna yang notabennya duduk di sebelahnya juga tidak di lirik sama sekali. Pelajaran yang di terangkan gurunya juga tidak ada satupun materi yang masuk. Pikirannya benar-benar hanya tertuju pada 'Luna yang berpacaran dengan David'.

Huh—mengulang kata itu dalam pikirannya saja sudah membuat dia muak sendiri.

Varo menarik nafas dalam kemudian mengembuskannya kasar, berharap akan menenangkan fikirannya tapi ternyata tidak merubah sedikitpun.

"Luna..Luna.. bisa-bisanya lo bikin gue jadi gini." Gumamnya sambil mengendus nafas dan menatap ke arah danau yang tenang.

Ya, kadang kalau hatinya sedang gundah seperti sekarang, Varo memang sering kesini untuk sekedar menenangkan fikirannya.

"Tapi, kalau dipikir-pikir kapan mereka jadian, ya? Padahal 'kan Luna baru aja masuk GHS dan pasti mereka baru kenal. Tapi kenapa secepat itu mereka jadian?" Tanyanya sendiri.

"AARGGHHH!!" Varo mengacak rambutnya kasar, dia benar-benar tidak tahan lagi.

Rasa cemburu yang dirasakan Varo saat ini terlalu dalam. Lagi pula, Varo bisa apa? Jelas-jelas Varo bukan siapa-siapa Luna dan gadis itu juga belum mengetahui kalau Varo adalah Leo.

Memendam perasaan cemburu itu menyakitkan.

Selang beberapa jam Varo berada di sana sembari menenangkan pikirannya, akhirnya dia beranjak pulang karena dilihatnya jam di tangannya menunjukkan pukul setengah enam sore.

Kemudian Varo berjalan malas ke arah motornya dan melaju ke rumahnya yang jaraknya tidak jauh dari danau.

Sesampainya Varo di komplek rumahnya, dia melihat ada dua orang, laki-laki dan perempuan yang sedang berbincang. Varo sempat berhenti sejenak di tepi jalan, tapi tidak terlihat oleh target. Dilihatnya laki-laki yang sedang duduk di motornya dan seorang perempuan yang sedang berdiri di depan laki-laki tersebut.

Saat diteliti oleh Varo, ternyata dua orang yang dilihatnya itu adalah Luna dan David. Ah—lagi-lagi Varo dibuat geram, padahal baru saja dia menangkan pikirannya di dekat danau tadi, eh sekarang malah dibuat cemburu lagi dengan melihat Luna dan David sedang mengobrol seperti itu.

"Huh!" Varo menyinisi mereka kemudian membelokkan motornya ke blok rumah Varo.

Ya, Varo dan Luna memang satu komplek perumahan, tetapi mereka hanya beda blok. Kalau dari arah masuknya komplek perumahan mereka, rumah Luna memang di blok depan, dari pintu gerbang komplek hanya jalan lurus terus melewati 6 rumah. Sedangkan rumah Varo setelah masuk dari pintu gerbang komplek harus belok dulu kearah kanan. Jadi, setiap Varo pulang pasti bisa melihat sekilas rumah Luna. Bahkan seperti saat ini, dia melihat Luna sedang berbincang dengan yang-katanya-adalah­-pacar­­-­­­Luna, itu, David.


**


Sore ini Luna sedang menunggu taksi di hatle dekat sekolahnya, Luna tidak pulang bersama Rico karena tadi kakaknya bilang pada Luna kalau dia sedang ada eskul jurnal. Jadi Luna diminta untuk pulang sendiri. Ya, Rico mengikuti eskul jurnal karena memang hobinya yang sering foto-foto.

My ENEMY is My LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang