Help me! Say 'yes', please?

156 6 0
                                    


Rico sedang duduk di bangkunya dengan memainkan games di handphonenya. Lalu David yang notabennya teman sekelasnya mengajak Rico ke kantin.

"Bro, kantin gak, lo?" tanya David.

"Hah?! Ah—kaga ah. Lagi seru main nih." Jawabnya yang sedang sibuk memainkan hp nya.

"Dasar lo, main mulu kerjaannya. Cari pacar sono."

"Yee gak usah bawa status kali." Rico mengendus kesal. "Eh iya, btw lo kenal adek gue?" tanya Rico.

"Oh—Luna? Iya kenal."

"Deket?"

"Gak, gue deketnya sama lo. Nih." Ucap David sambil menunjuk jarak antara mereka berdua.

"Bego. Bukan gitu maksud gue." Rico mengumpat.

"Hahaha ya bener 'kan kita deket hahaha. Gak deket, gue sama adek lo aja baru kenal."

"oh—kirain."

"Tapi kalo lo ngizinin gue deket sama adek lo ya, gapapa." David menaik turunkan alisnya.

"Enak aja! Gue gak izinin ke elo." Tolak Rico.

"Nyesel lo nolak gue deket sama Luna."

"Ah—terserah lo ah! Sono lo pergi ganggu gue main aja elah." Usir Rico.

"Hih ngusir, dasar gila." Kemudian David keluar kelasnya menuju kantin.


**


Saat ini Luna sedang mengelilingi sekolahnya untuk mencari seseorang.

Ya, seseorang yang akan jadi targetnya.

Target untuk jadi pacar bohongannya.

Saat Luna melihat orang itu saat dia ingin ke kantin, dia langsung terfikir untuk menjadikan orang itu pacar bohongannya.

Tapi sebenarnya Luna masih belum yakin kalau targetnya itu akan menolongnya.

Karena dilihat dari jangka waktu mereka saling kenal saja baru beberapa hari, dan sekarang Luna ingin meminta tolong orang itu jadi pacar bohongannya.

Sangat tidak tahu malu.

Saat beberapa menit Luna mencari targetnya tersebut, akhirnya ketemu juga.

"Hai, kak David." Sapa Luna pada David yang sedang berjalan sendirian.

"Eh, Luna. Iya ada apa?" Tanya David dengan senyum manisnya.

'Wow, manis juga senyumnya', batin Luna.

Ya, target Luna adalah David.

Entahlah, Luna merasa cocok menjadikan David pacar bohongannya.

"Mm—gini kak. Gue mau—aduh gimana ya ngomongnya." Luna menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.

"Mau apa? Ngomong aja kali, gapapa." Jawab David ramah.

"Mm—gini, gue mau minta tolong." Ucap Luna makin gugup.

"Minta tolong apa? Gue barangkali bisa bantu."

"Ya gue harap sih bisa dan mau hehe."

"Yaudah, emang minta tolong apa?" Tanya David halus.

"Tolong bantuin gue buat jadi pacar boongan gue ya, kak?" Tanya Luna takut-takut.

"HAH?!" Mata David langsung membulat lebar, dia terkejut dengan apa yang diminta Luna.

"Lo serius, Lun?" Tanya David tidak percaya.

"I-iya kak? Mau ya... tolongin gue?" Pinta Luna.

"Atas dasar apa lo minta gue buat jadi pacar bohongan lo?" Tanya David.

"Ya ada alesannya, tapi saat ini gue gak bisa kasih tau."

"Terus, kenapa harus gue?" Tanya David lagi.

"Ya—em—karna lo cowo yang pas, kak." Jawab Luna sedikit bingung.

"Hah? Pas? Hmm—apa jangan-jangan emang lo suka ya sama gue?" Goda David.

"HAH?! Ih engga!! Bukan karena itu. Ya—ya karena gue 'kan anak baru, belum banyak yang gue kenal. Dan menurut gue yang cocok ya lo, kak." Luna menjelaskan.

David terlihat sedang memikir. Memikir keras. Karena permintaan Luna ini lumayan susah, karena diminta untuk menjadi pacar, walaupun bohongan.

Dan sebenarnya hanya satu yang David takutkan. Dia hanya takut kalau-kalau nanti salah satu dari mereka malah ada yang memendam rasa. Walaupun sebenarnya David sudah ada rasa dengan Luna, tapi tidak begitu dalam.

"Gimana, kak? Mau ya?" Pinta Luna.

"Gimana yaa.. Sebenernya permintaan lo lumayan berat juga." Jawab Davin manggut-manggut.

"Yaahh—help me, kak. Say 'yes', please?" Luna memasang puppy eyes-nya.

David mengendus kasar, "Oke. Gue mau."

"BENER KAK? YAAMPUN!! MAKASIHHHHH!!" Refleks Luna memeluk David saking senangnya.

David hanya terdiam kaku, dia terkejut dengan perlakuan tiba-tiba Luna itu.

"Ekhem." David berdeham.

Luna yang menyadari perlakuannya langsung melapas pelukannya dari David.

"Eh—sorry kak." Luna menunduk dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena menahan malu akibat perlakuan refleksnya.

"Iya iya gapapa. So, mulai kapan akting kita dimulai?" ucap David dengan terkekeh.

Luna pun ikut terkekeh, "Sekarang, bisa?"

"Oke, bisa."

"Yaudah, kalau gitu gue balik ke kelas ya, kak. Mm—sekali lagi makasih." Ucap Luna sambil tersenyum, lalu melenggang dari hadapan David.

Saat Luna sudah meninggalkannya, David hanya bisa menggelngkan kepalanya sambil tersenyum simpul, "Hmm—oke. Saat ini gue berperan sebagai pacar Luna. berbincang itu. Walaupun seseorang itu tidak terlalu mendengar percakapannya.

"Ternyata pacar Luna itu David?"



--    

My ENEMY is My LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang