Chapter 20

1.1K 63 0
                                    

Hari ini adalah hari keberangkatan Farrel. Kini ia tengah duduk di meja makan dan sedang menyantap sereal nya. Kondisi rumahnya hari ini sangat senyap. Revin belum pulang sejak semalam meskipun ia sudah mencoba menghubunginya berkali-kali.

"Farrel, udah selesai belum?" mamanya muncul dari arah ruang keluarga.

"Dikit lagi, ma." jawabnya singkat.

Mamanya tersenyum tipis dan duduk di kursi yang ada di hadapan anak sulungnya tersebut.

"Farrel, kamu gausah pikirin yang lain ya. Revin biar mama yang jaga, kamu gausah khawatir." tangan mamanya beranjak mengelus kepala Farrel.

Farrel menggeleng pelan, "Aku gak khawatirin Revin, ma. Aku khawatir sama mama. Kalo Revin kaya gini terus, siapa yang bakal jagain mama?"

Mamanya tersenyum, "Mama gaperlu dijagain, nak. Mama udah tua, bisa jaga diri sendiri. Buktinya mama bisa kan ngelindungin kalian selama 2 tahun sendirian?"

"Tapi kalo papa dateng dan ngerusak semuanya lagi gimana, ma?"

"Hus, gaboleh ngomong gitu. Papamu udah berubah, nak. Dia udah lebih baik sekarang."

Farrel menatap mamanya dengan sendu. Inilah saat-saat yang ia hindari. Saat dimana ia merasa bersalah kepada mamanya, dan rasa takut akan mengecewakannya.

"Udah sekarang abisin sarapannya, mama tunggu di mobil ya." Mamanya bangkit dari kursi dan berjalan meninggalkan ruang makan.

Setelah selesai sarapan, Farrel pergi ke kamarnya untuk mengambil 2 buah koper besar, sebuah tas jinjing dan sebuah ransel yang berisi laptop dan gadget lainnya. Saat hendak keluar dari kamarnya, matanya menangkap sebuah amplop berwarna hijau di atas meja belajarnya. Ia meraihnya dan memasukkan amplop tersebut ke dalam kantung hoodie nya.

*****
Eve menggeliat di tempat tidurnya saat sinar matahari mulai menyeruak melalui celah gorden kamarnya. Ia mengintip jam dinding yang ada di hadapannya. Sudah hampir pukul 8. Ini adalah hari libur pertamanya, jadi ia tak perlu terburu-buru untuk berangkat sekolah dan semacamnya.

Ia meraih ponselnya yang ada di nakas dan menggeser layarnya untuk membukanya. Ia tersenyum saat melihat wallpaper ponselnya. Terpampang fotonya dan Farrel saat pensi sekolahnya berlangsung. Berlatarkan panggung dan sinarnya yang gemerlap membuat foto tersebut terlihat semakin menarik. Foto tersebut diambil secara tidak sengaja oleh forografer sehingga wajah mereka tidak terlihat karena foto tersebut diambil dari belakang. Eve sedang tertawa seraya menutup mulutnya begitupun Farrel yang tertawa dengan matanya tertuju ke arah Eve.

Ia membuka aplikasi pesan singkat dan mulai mencari nama Farrel disana untuk sekedar mengucapkan selamat pagi. Memang, hubungannya dengan Farrel menjadi lebih baik semenjak ia mengetahui akan kepergian Farrel ke Amsterdam. Mereka jadi lebih sering menghabiskan waktu untuk jalan bersama atau sekedar makan di restoran.

Namun, tepat diatas nama Farrel, ada nama seseorang yang sudah cukup lama tak pernah berhubungan dengannya. Diana. Sahabatnya yang dulu selalu menjadi pelipur lara nya, kini seolah menjauh. Atau mungkin Eve sendiri yang menjauh. Entahlah. Namun Eve merasa saat ini bukan saat yang tepat untuk kembali berhubungan dengan Diana setelah kejadian beberapa waktu yang lalu.

Ia pun akhirnya mengetikkan pesan untuk Farrel.

Evelyne Diora S: good morning sleepyhead
Evelyne Diora S: wake up it's my first day of my long holiday you know
Evelyne Diora S: lets go somewhere

Hello, Goodbye!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang