Pagi-pagi sekali, ponsel Eve sudah berdering. Ia baru saja selesai mandi. Masih pukul 5:30, pikirnya.
Ia mengambil ponselnya yang diketakkan di atas nakas, dan melihat siapa yang meneleponnya sepagi ini. Ternyata Revin.
"Halo?" Eve menjawab telepon.
"Halo, Eve." jawabnya. "Aku ngebangunin kamu ya?" tanya Revin di seberang sana.
"Hah? Engga kok. Gue baru aja mandi. Ada apa, Rev?"
"Oh, ini Eve. Aku mau minta tolong boleh ga?"
"Minta tolong apa?" tanya Eve seraya duduk di pinggir tempat tidurnya.
"Kamu mau gak nanti pulang sekolah temenin aku?"
"Kemana?"
Revin berdeham, "Aku mau ketemu sama seseorang. Dan, aku rasa kamu orang yang tepat untuk ngebantu aku ngomong sama dia."
"Hah? Kok gitu? Emang siapa sih yang mau lo temuin?" Eve mengernyitkan dahinya.
"Seseorang dari masa lalu aku. Udah ya, nanti aku jelasin lagi. Tapi kamu bisa kan nanti?"
"Hmmm..." Eve berpikir sejenak. "Okay."
Revin pun mematikan teleponnya. Eve menatap ponselnya dengan bingung. Revin ingin ia bertemu dengan seseorang dari masa lalunya? Siapa? Kenapa?
Eve memutuskan untuk memikirkannya nanti. Ia langsung memakai seragamnya dan turun ke bawah untuk sarapan. Di ruang makan sudah ada mamanya, dan Stevan.
"Lah, kamu kok udah disini?" Eve menaikkan kedua alisnya. Ia pun duduk di sebelah Stevan.
"Mamaku belum bangun. Aku gatega banguninnya." Stevan berbicara seraya mengunyah nasi goreng hangat yang ada di hadapannya. "Terus pas aku ke rumah kamu, kebetulan mama kamu udah bikin sarapan. Yaudah deh sekalian."
"Hih, dasar. Bilang aja males bikin sarapan sendiri." Eve mendengus pelan.
"Yeee, gitu amat. Yaudah aku tinggalin ya?" Stevan bersiap-siap untuk bangkit.
"Eh jangan dong jangan." Eve menahan lengan Stevan. "Papaku belum pulang, masa aku berangkat sendiri sih?"
"Hih, dasar. Bilang aja kamu maunya gratisan." Stevan membalikkan kata-kata Eve. Eve hanya merengut kesal.
"Udah, udah. Dimakan nasi gorengnya, nanti keburu dingin, loh." Mama Eve menghentikan 'perang dingin' yang terjadi diantara mereka. Sementara Eve memelototi Stevan yang kini tengah tertawa penuh kemenangan.
Sesampainya di sekolah, baru saja Eve turun dari mobil, seseorang langsung datang menghampirinya.
"Pagi, Eve."
Eve terkejut melihat Revin yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Ia langsung mengelus-elus dadanya.
"Lo emang kebangetan ya, Rev. Kayanya lo emang beneran mau gue mati muda kali, ya." Eve menudingkan jarinya persis di depan wajah Revin.
Revin terkekeh, "Ah, itu mah kamu nya aja yang kagetan."
Eve mendengus, "Ada apa sih emangnya?"