Chapter 21

1K 62 2
                                    

Stevan sampai di rumah Eve lebih cepat dari perkiraan. Ia langsung memarkir mobilnya dan mengetuk pintu rumah Eve. Lalu pintu terbuka dan tampaklah Ervan disana.

"Eh, elo. Masuk gih." ujar Ervan menyuruh Stevan masuk.

Stevan membuka sepatunya dan meletakkannya di dekat pintu masuk, "Sepi amat. Pada kemana?"

"Bokap kerja, nyokap lagi arisan. Eve ada di kamarnya tuh, langsung kesana aja." Ervan kembali melanjutkan menonton televisi nya.

"Entar aja deh." Stevan duduk di sebelah Ervan. "Lo berangkat kapan, Van?"

"Minggu depan. Gue harus nyiapin keperluan ospek dulu." jawab Ervan. Stevan mengangguk-angguk.

"Lo sendiri mau masuk mana tahun depan?" tanya Ervan.

Wajah Stevan langsung berbinar, "Gue pengennya sih arsitektur, Van. Di luar negri sih maunya, tapi belom tau mau dimana."

"Widih, bagus bagus gue dukung deh. Farrel juga arsitektur tuh di Amsterdam."

"Hah? Farrel?"

"Iya, Farrel.....pacarnya Eve. Lo gakenal?" tanya Ervan dengan heran.

Stevan menggeleng, "Pacar? Sejak kapan mereka pacaran?"

"Sejak kapan ya? Kurang tau juga sih gue. Lumayan lama lah tapi. Masa dia ga ngasih tau lo sih?" Ervan menyipitkan matanya.

Stevan menggeleng kuat, "Sumpah dia gapernah ngomong soal itu sama gue." Wajah Stevan berubah drastis. Ia langsung bangkit dari duduknya. "Gue ke kamar Eve dulu deh."

"Oke." jawab Ervan.

Stevan naik ke atas dan menuju kamar Eve yang ada di sudut dengan ornamen-ornamen merah muda yang menghiasi pintunya. Tanpa perlu mengetuk, Stevan membuka nya dan langung masuk ke dalam. Tidak ada siapapun di dalam, namun Stevan bisa mendengar suara air dari kamar mandi. Jadi ia memutuskan untuk duduk di tempat tidur Eve sembari menunggu sang empunya kamar.

Saat ia hendak merebahkan tubuhnya, Stevan mendapati ponsel Eve tergeletak di tengah tempat tidur. Layarnya tampak menyala, sepertinya ada pesan baru yang masuk. Setelah memeriksa situasi, Stevan meraih ponsel Eve dan alangkah terkejutnya ia saat melihat pesan yang terpampang disana.

Farrel Aditya: hello little panda
Farrel Aditya: maaf yaaa aku baru bisa ngabarin, susah banget dapet sinyal disini
Farrel Aditya: you know i miss you so bad
Farrel Aditya: how about skype tonight?

Stevan menelan ludahnya dengan susah payah. Jadi benar apa yang dikatakan oleh Ervan tadi? Bahwa Eve selama ini berpacaran dengan -siapapun-itu-yang-bernama- Farrel? Dan Eve tidak pernah memberitahunya selama ini?

Stevan menggeser layar ponsel Eve. Terkunci. Tidak biasanya ponsel Eve dikunci dengan kata sandi seperti ini. Stevan mencoba menerka-nerka apa kata sandi nya. Terdiri atas 4 angka.

"0311." Stevan mengetikkan tanggal lahir Eve. Salah.

"2703." Kali ini ia memasukkan tanggal lahirnya. Masih salah.

Berbagai kombinasi sudah Stevan coba. Ia benar-benar tidak memiliki perkiraan sama sekali apa kata sandi ponsel Eve. Akhirnya terpikirkan olehnya, kombinasi angka yang mungkin saja masih Eve ingat meskipun kemungkinannya sangat kecil.

"2012." Berhasil.

Eve menggunakan kombinasi angka dimana angka tersebut merupakan tahun dimana Stevan pergi ke Jerman. Tahun dimana saat itu merupakan saat-saat tersulit di hidup Eve. Ia tidak menyangka Eve akan menggunakan kombinasi yang hampir sama sekali tidak terpikirkan olehnya.

Hello, Goodbye!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang