Chapter 26

1K 56 1
                                    

2 hari setelah kepulangannya, Stevan mulai bersekolah lagi. Pagi ini, ia berangkat bersama Eve. Ia belum diperbolehkan untuk membawa mobil sendiri karena orangtuanya masih mengkhawatirkan kondisinya. Maka dari itu, orangtua Stevan meminta tolong kepada Eve agar Eve saja yang membawa mobil Stevan.

"Menurut kamu, gimana ya respon anak-anak nanti pas ngeliat aku?" tanya Stevan setelah mobil nya berjalan meninggalkan garasinya.

Eve konsentrasi pada jalanan seraya menyantap roti isi selai kacang yang belum sempat dimakannya, "Ya pasti kaget lah. Mereka gabakal nyangka kamu balik secepet ini."

"6 bulan itu lama loh, Eve." Eve tertawa kecil mendengarnya.

"Yaaa, I know. Tapi hampir dari semua orang ngira kalo kamu tuh gabalik lagi. I mean, kamu gabalik lagi ke Indo. Jadi ngelanjutin sekolah gitu disana." Stevan mengangguk-angguk.

"Oiya, gimana peringkat kamu di sekolah? Ada peningkatan ga?" tanya Stevan.

"Hmmm....lumayan." Eve masih asyik mengunyah rotinya sementara tangannya berada diatas kemudi. "Kamu tau sendiri kan dari dulu, ekonomi itu selalu jadi kelemahan aku."

Stevan merebut potongan roti terakhir yang ada di tangan Eve dan dengan cepat memasukkannya ke mulutnya, "Yaudah nanti kita belajar bareng lagi aja. Kebetulan di Jerman, guru privatku basic nya ekonomi. Jadi dia lebih banyak ngajarin aku ekonomi dibanding pelajaran yang lain."

Eve mendengus pelan karena gigitan terakhirnya direbut begitu saja. Namun dengan cepat ia merubah ekspresinya, "Oke."

Setelah hampir 20 menit perjalanan, mobil Stevan pun berbelok masuk ke sekolahnya. Disana sudah banyak siswa-siswi yang hadir. Sebelum turun, Stevan menoleh ke arah Eve. Sepertinya ia belum siap kembali ke sekolah. Namun dengan cepat, Eve menganggukkan kepalanya, mengisyaratkan bahwa Stevan harus siap.

Mereka turun dari mobil. Dan benar saja, hampir seluruh siswa dan siswi yang ada di lahan parkir memusatkan perhatiannya ke arah mereka berdua, khususnya ke arah Stevan. Selama ini yang mereka tahu adalah Stevan telah pindah keluar negri dan mereka tidak tahu bahwa Stevan akan kembali lagi.

Tepat di seberang tempat parkir mobil, ada seseorang yang baru saja turun dari motor besar nya. Ia merasakan keanehan yang ada di sekitarnya, dan ia melihat bahwa hampir semua orang di sini melihat ke satu arah. Tempat parkir mobil.

Karena penasaran, ia pun mengikuti arah pandang teman-temannya, dan disana lah ia melihat sepasang muda-mudi yang baru saja turun dari mobil. Dengan tangan sang pria yang melingkar manis di leher sang gadis. Tak terasa, ujung bibirnya terangkat perlahan.

"Welcome back."

*****

Setelah mengatasi tatapan-tatapan penuh tanya dari orang-orang di sekitarnya, Stevan dan Eve pun berjalan melenggang di koridor menuju kelasnya. Tangan Stevan sedari tadi nyaman berada di bahu Eve. Begitupun dengan Eve yang mendekap erat pinggang Stevan seolah takut sahabatnya itu akan pergi lagi.

"Tuhkan apa aku bilang. Mereka tuh pasti kaget ngeliat kamu balik lagi." ujar Eve setelah mereka sampai di kelasnya.

Stevan terkekeh pelan seraya duduk di bangkunya. Beberapa temannya yang sudah datang langsung menoleh ke arah mereka berdua.

"Stevan?! Lo kapan pulang?" tanya Randy yang tiba-tiba berlari menghampiri mereka entah darimana datangnya.

"2 hari yang lalu, Ran." jawab Stevan.

"Gila, gila. Gue kira lo gabalik lagi." Randy menarik bangku yang ada di samping Stevan dan langsung mendudukinya. "Kok lo kurusan sih?"

"Masa sih?" Stevan mengangkat kedua alisnya seraya menunduk memperhatikan tubuhnya yang memang agak menyusut.

Hello, Goodbye!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang