Chapter 15

1.1K 72 0
                                    

"Evee banguuun!!!"

Terdengar seseorang mengetuk--atau lebih tepatnya menggedor--pintu kamar Eve disaat sang empunya kamar masih asyik berkutat dengan selimutnya.

"Kalo lo gak bangun dalam 5 menit, fix gue tinggal ya." Ervan kali ini mengancam Eve.

Eve menggeliat sejenak sebelum ia melirik jam dinding yang ada di depannya.

"Hah?! Jam 6 lewat 10?!"

Eve langsung melompat dari tempat tidurnya, berlari menyambar handuknya dan langsung masuk ke kamar mandi. Tak sampai 5 menit, ia sudah selesai mandi dan berpakaian. Entah mandi macam apa yang ia lakukan.

Eve langsung berlari kebawah dengan tas sekolahnya yang ia seret di tangan kanannya, dan sebuah sweater berwarna tosca di tangan kirinya.

"Buset, lo gak mandi ye?" tanya Ervan yang kini tengah asyik memakan roti bakar nya.

"Berisik. Ini juga gara-gara lo. Kenapa gak bangunin dari tadi sih?" Eve duduk di samping Ervan lalu menyambar roti nya.

"Sembarangan. Gue udah bangunin lo dari jam setengah 6 tau." Ervan berbicara dengan mulut yang penuh. "Tadi Stevan kesini, tapi gue suruh duluan."

"Hah? Stevan kesini?!" Eve mendelik ke arah Ervan yang kini tengah manggut-manggut.

"Kenapa bukan lo aja yang duluan? Biar gue berangkat sama Stevan." Eve mendengus.

"Gue gatega kalo anak baru kaya dia udah kena hukum sama Pak Joko." Ervan menyelesaikan suapan terakhirnya lalu bangkit dari duduknya setelah sebelumnya meminum susu mocca nya.

Eve memutar bola matanya, "Yaudah sana nyalain mobilnya. Gue pake sepatu dulu."

Ia bangkit dari kursi lalu berjalan ke arah rak sepatu dan memakai sepatunya. Ervan telah menunggu di mobil dengan mesin yang sudah menyala.

Sesampainya di sekolah, Eve langsung keluar dari mobil dan berjalan mendahului Ervan. Mereka memang tidak suka terlihat seperti adik-kakak, karena memang sifat dan fisik mereka yang begitu kontras. Ervan yang digandrungi banyak wanita membuat Eve tidak nyaman dibuatnya.

"Hai."

Sebuah langkah menyamai langkah Eve. Ia mendongak untuk melihat siapa gerangan yang berada di sebelahnya.

"Hai!" wajah Eve berubah ceria saat melihat Revin yang kini berada di hadapannya.

"Kemarin kamu kemana?" Revin menaikkan kedua alisnya.

Eve berubah menjadi kikuk, "Hah? Eh itu mmm...kemaren gue ke toko buku dulu sama Diana. Iya ke toko buku."

"Diana?" Revin mengernyitkan dahinya. "Diana Alexandra?"

Eve mengangguk, "Temen science club lo kan?"

"Oh, iyaiya." Revin manggut-manggut. "Tapi nanti pulang sekolah hari ini sama aku kan?"

"Liat gimana nanti ya, Rev."

Eve langsung masuk ke kelasnya setelah sebelumnya ia berpisah dengan Revin di ujung koridor. Ia melihat Diana sudah duduk manis di kursinya seraya berkutat dengan ponselnya.

"Woy!" Eve menggebrak mejanya.

"Anjir, Evelyne!" Diana terlonjak kaget dari kursinya, sementara Eve hanya terkekeh geli.

"Serius amat, neng. Lagi ngapain sih, hm?" Eve mencoba untuk mengintip ponsel Diana.

Diana langsung menyembunyikannya, "Hah? Gaada kok. Gaada apa-apa." jawabnya dengan gugup.

Eve menyipitkan matanya, merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh sahabatnya itu.

"Okay." Eve mengedikkan bahunya acuh sementara Diana menghembuskan napas lega.

Hello, Goodbye!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang