4 | Ordinary Day

510 126 6
                                    

Naomi. Cast: Nozomi Sasaki [Lihat multimedia]

***

Carla POV

Kalau kau bertanya sedang apa aku sekarang. Aku berjalan di lorong sekolah dengan santai. Bersama seorang sahabatku, Naomi.

Aku bertemu dengan Naomi saat semester 1. Dulu aku dan dia satu kelas. Dan sekarang masih satu kelas. Benar-benar suatu kebetulan. Tapi aku senang.

Aku sangat nyaman dekat dengan dia. Dia asik diajak bercanda. Dengan manik matanya yang berwarna beda dibandingkan yang lain membuatku betah melihatnya. Warna hazel. Awal bertemu dengannya, aku menyimpulkan bahwa dia semacam anak nakal karena menggunakan softlens, dan ternyata aku salah. Dia pernah bilang padaku juga orang lain bahwa itu keturunan dari Ayahnya, yang berasal dari Jerman.

Dan tentu saja aku nggak percaya, aku nggak tahu kenapa aku nggak bisa percaya sama Naomi tentang satu itu. Mukanya terlihat nggak meyakinkan gitu. Sampai akhirnya aku bertemu ayahnya yang menjemput Naomi dengan mobil Mazda merah yang mewah. Aku terus menerus menelan ludah sendiri melihatnya. Ternyata dia memang tidak mengada-ada, hahaha.

Aku tak dekat dengan siapapun di kelas selain Naomi. Karena, ya, kalian tahu sendiri, zaman SMA itu zaman dimana murid-murid saling membentuk geng, dan berkumpulnya ya cuma sama geng-geng itu doang. Dikelas ada 3 geng cewek, dan 1 geng cowok. Aku dan Naomi nggak masuk dalam ketiganya.

Karena kita berdua merasa tidak cocok.

Di kelas. Ada satu geng yang isinya anak pinter semua. Ada juga yang cantik semua tapi banyak omong. Lalu ada yang seperti berandalan. Dan yang lainnya gengnya laki-laki. Kan nggak mungkin banget kami berdua bergabung ke geng laki-laki.

Jadi begitulah, kita nggak bisa masuk dalam semua geng yang ada karena merasa tidak cocok. Tapi bukan berarti aku tidak berbicara sama sekali pada mereka. Aku bicara pada mereka, tapi tak begitu sering, kalau ada hal penting baru ngomong.

Aku dan Naomi hendak berjalan ke kelas. Sampai Naomi menahan tanganku lalu mengucapkan kalimat yang sangat tidak aku sangka keluar dari bibirnya.

"Eh, ke kantin dulu yuk?" ajaknya padaku. Aku membelalakkan mata. Tidak percaya mendengar hal semacam itu.

Aku menggaruk pipiku yang tidak gatal. "Ngapain?" seiring aku menanyakan hal itu, kedua alisku saling bertaut.

"Aku mau beli sesuatu."

Aku mengangguk paham. Kami berdua pun pergi ke kantin, yang bisa dibilang cukup jauh dari kelas. Di sepanjang jalan, kami bercerita-cerita dan bercanda. Nggak jarang juga kami menggosip. Begitu sampai di kantin, dia langsung membeli apa yang dia mau.

Aku memandangi lemari es yang terlihat isi di dalamnya. Aku meneguk ludah. Uh, susu dingin sepertinya enak. Sebuah godaan. Tapi kalau aku beli, kapan aku meminumnya?

Sepertinya hasrat minum susu lebih besar daripada resikonya. Jadi aku pun membuka lemari es dan mengambil satu kotak 250ml susu putih full cream. Setelah itu membayarnya. Begitu aku menatap Naomi, dia memberikan senyum jahil padaku. Aku mendengus geli. Aku mendorongnya pelan.

"Ini kan gara-gara kamu." cibirku. Kami berdua pun pergi meninggalkan kantin dan menuju kelas kami.

Kudengar Naomi tertawa pelan, "Kok gara-gara aku. Yang beli kan kamu. Aku nggak ngajak kamu beli kan?" tanyanya.

Aku menggumam pelan, "Ya sudah deh terserah."

Begitu sampai dikelas. Kami kembali memusatkan perhatian kami pada guru Ekonomi. Sebenarnya, entahlah. Tiap pelajaran ekonomi berlangsung aku selalu merasa mengantuk dan bosan. Semuanya serasa masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Padahal ya kalian tahu sendiri, pelajaran Ekonomi itu penting.

The Difference On UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang