5 | Start?

391 116 5
                                    

Setya. Cast: Kanata Hongo. [Lihat multimedia]

***

Carla POV

Bel istirahat berbunyi.

Bel sakti yang mampu membuat murid tidur mendadak bangun. Layaknya alarm.

Tapi yang ini mereka tidak keberatan untuk bangun, sedangkan alarm kan membuat mereka keberatan. Emang pada dasarnya, sifat alamiah murid.

Setelah membereskan beberapa peralatan belajar. Aku segera keluar kelas dan berjalan menuju kelas Devian yang terletak lumayan jauh dari kelasku. Berhubung dia berada di kelas unggulan sedangkan aku di kelas abal-abalan.

Naomi biasanya ikut bersamaku, sekalian cuci mata katanya, soalnya ada Setya—si ketos cakep itu—tapi aku nggak tahu kenapa hari ini dia nggak mau, tumben sekali. Tadi dia bilang mau di kelas saja.

Sesampainya aku di depan kelas Devian, ternyata kelasnya masih belum keluar. Padahal jam istirahat sudah berbunyi sekitar 3 menit yang lalu. Sepertinya guru yang terlihat agak killer itu tidak merelakan murid-muridnya untuk istirahat.

Aku menunggu dengan sabar di depan kelasnya. Sambil menatap lapangan. Mengusir bosan dengan melihat beberapa cowok yang nekat bermain basket dikala istirahat. Padahal sudah pernah dilarang oleh guru untuk tidak bermain basket. Sekali lagi, sifat alamiah murid.

Lama sekali. batinku. Aku melirik jam tangan pinkku. Istirahat tinggal 9 menit lagi. Aku mengintip kelasnya, tetap, gurunya masih menerangkan.

Aku menghela nafas. Beginilah nasib punya pacar pintar, 4 semester pula. Kan jadi sedih juga dia lebih sibuk sekarang, belajar juga harus kebut-kebutan. Apalagi sekarang bulan November. Tinggal beberapa bulan lagi dia harus menghadapi ujian, tryout, ujian masuk perguruan tinggi, dan banyak lagi.

Aku menghentak-hentakkan kaki kanan dengan pelan, membentuk suatu irama seolah aku sedang bermain drum. Mengusir bosan.

Lalu mataku mengedar ke sekeliling. Banyak murid yang tengah berlalu-lalang sambil membawa jajan. Aku jadi lapar. Aku memang tiap istirahat menghampiri Devian di kelasnya. Tapi aku nggak bisa menerka jadwalnya. Kadang dia bisa keluar lebih cepat, atau bahkan telat seperti sekarang.

Mataku menangkap bangku yang kosong. Tempatnya tidak begitu jauh dari kelas Devian. Aku berjalan mendekati bangku tersebut. Aku hendak duduk, namun terhenti karena tiba-tiba saja ada beberapa cewek—sekitar 4 orang—asal nyerobot tempat tersebut.

Aku tertegun melihatnya.

Salah satu dari mereka melirikku dengan sinis, dan tersenyum seolah meremehkan ku.

Aku dengan perasaan datar kembali ke tempatku berdiri sebelumnya. Sebenarnya aku tidak begitu mempedulikan tentang hal itu. Karena aku sudah kebal. Waktu tinggal 5 menit lagi. Sedangkan Devian belum juga keluar. Jadi lebih baik aku kembali ke kelas. Duh, percuma deh aku kesini. Gak dapet apa-apa.

"Lihat deh, itu pacarnya Devian."

"Kasian deh, nungguin pacarnya gak keluar-keluar, hahaha."

"Anjir, iya juga ya."

"Ya please deh. Mikir kek. Pacarnya kan pinter, tahu 4 semester masih sempet-sempetnya ngganggu dia."

"Gak tahu diri. Oh iya, dia kan anak IPS ya. Pantes deh."

Aku mendengar perkataan mereka berempat, orang yang tadi menyerobot tempat yang hendakku duduki. Bagaimana aku nggak mendengar, mereka berbicara keras banget. KERAS! Bahkan aku bisa mendengarnya dari sini.

The Difference On UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang