18 | Semua

173 19 6
                                    

Carla POV

Bulan Januari.

Awal tahun yang buruk.

Kenapa? Karena sejak kejadian dengan Naomi itu, aku menjadi seorang penyendiri di kelas. Duduk sendiri, ya, menyedihkan. Ini semua karena Naomi. Dia menghasut nyaris satu kelas agar memusuhiku. Dan anehnya, mereka semua pun menuruti apa yang dimau 'setan' itu.

Hubunganku dengan Devian pun tidak baik. Semakin hari, aku dengannya makin terkesan memiliki banyak masalah, dan aku tidak mengerti kenapa.

Mungkinkah kita sudah tidak cocok?

Beberapa belas hari lagi Devian ulang tahun yang ke-16. Aku sudah menyiapkan kado untuknya. Ya, meskipun aku dan dia memiliki banyak perkara, aku tetap akan merayakan ulang tahunnya. Sudah menjadi kewajiban, kan?

***

"Carla."

"Apa sih Dev?" Lihat, otak dan hati ini tidak sinkron. Aku tidak bermaksud menjawab sesewot itu padanya, tapi, kenapa? Hal sepele seperti ini bisa saja membuat kami bertengkar beberapa hari. Menyedihkan. 

Aku menatap matanya yang kini menatapku dengan tajam. Aku berusaha untuk kabur dari cegatannya, tapi tetap saja dia masih mencegatku di lorong sekolah yang mulai sepi karena jam pulang sudah berbunyi 15 menit yang lalu.

"Dengerin aku, aku mau bicara."

"Apa?" tanyaku dengan ketus. Oh Tuhan, sungguh aku tidak bermaksud untuk menjawab seketus ini.

"Kamu ngapain sih marah sama aku?"

Aku tertegun mendengarnya. Tidak, aku tidak marah denganmu. Hari ini aku sedang badmood karena kerjaan teman sekelasku. Namun apa, kalimat penjelasan seperti itu tertahan.

"Deviaan!"

Aku mendengar seseorang memanggil nama Devian. Sontak aku dan Devian menengok ke arah datangnya orang yang memanggil Devian. 

Datang seorang gadis dan Setya yang berjalan di belakangnya. Mereka berdua menghampiri kami. Aku tidak mengenal perempuan itu. Mungkinkah teman sekelas Devian?

"Jangan lupa materi untuk ujian praktek!" seru gadis itu, yang berambut panjang lurus. 

Hingga mataku bertemu dengan mata gadis itu. Aku masih saja menatap tajam dia. Aku tidak suka padanya. Terkesan cari perhatian ke Devian. Jangan-jangan ada sesuatu padanya.

Oh ayolah. Buang pemikiran negatifmu!

 "Oh, yo Evelyn, Setya. Aku inget kok, santai aja." Devian mengacungkan ibu jarinya. Mereka kemudian saling berbincang, terlihat sangat seru. Sampai aku merasa dipinggirkan lagi.  

Kulihat gadis yang memanggil Devian itu kaget melihatku. Hei? Memangnya sedari tadi dia tidak sadar dengan kehadiranku, hah?

"Ah ya." gadis yang bernama Evelyn tadi menjulurkan tangannya kehadapanku. "Evelyn Oktadia Valen. Kamu bisa panggil aku Evelyn."

Aku menatap tangannya dengan ragu. Meski gengsi, aku pun membalas juluran tangannya itu.

"Ya." jawabku malas. Beberapa detik setelah berjabat tangan, aku pun melepaskannya.

"Ayo pulang. Aku capek." Aku melengos meninggalkan mereka dengan tidak sopan karena aku tidak mengucapkan salam atau apa.

Karena aku merasa Devian tidak mengikutiku, aku menengok ke belakang untuk melihat apa yang dilakukan Devian. Dia tengah berbincang pelan dengan gerombolan menyebalkan tadi. Kulihat beberapa dari mereka mengangguk sambil melirikku.

The Difference On UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang