Devian POV
"Kamu saja yang ngecek, aku takut." Aku menyerahkan kamera pada Setya begitu aku mengambilnya dari kerdus. Dia menerimanya dengan segera.
Ini hari dimana waktunya aku dan Setya mengecek hasil rekaman kamera. Kelas ini sudah sepi karena aku mengambilnya saat pulang sekolah. Aku menyerahkan bagian ngecek pada Setya karena, ya, oke aku akui aku pengecut.
"Idih, takut apaan." Dia memberiku tatapan menghina. "Udah kelas 11 juga masih takut, hahaha." cibirnya, diselingi tawa khasnya yang menyebalkan.
"Terserahlah, pokoknya kamu yang ngecek." aku memutar bola mataku melihat respon Setya. "Gimana kalau tiba-tiba muncul yang aneh-aneh kayak di Five Nights at Freddy's. Kan serem." Aku bergidik ngeri membayangkan ada yang muncul tiba-tiba.
"Ya, kamu sih bayanginnya sampe ke sono. Pengecut banget sih." Setya mengutak-atik kameranya. Lalu memutar videonya. "Bagian pas malem kan bisa dipercepat."
"Terserahlah." Aku mengabaikan perkataannya, daripada nanti bakal terus dihina, malah keliatan pengecutnya. Emang iya sih. "Gimana Set? Ada yang aneh gak?"
"Hmm." Dia bergumam nggak jelas. Aku merengut. "Tunggu. Lama nih. Berjam-jam."
"Yaelah, kan bisa dipercepat. Ntar kalau ada yang aneh ya dibalikin ke kecepatan biasa."
"Bawel dah, tahu gitu kamu aja yang ngecek."
"Ya ya sorry."
Lalu hening. Tampak Setya sedang serius melihat hasil rekaman. Aku membiarkannya, toh aku tinggal dapat hasilnya dan mendatangi orang yang memberikan kotak, iya kan.
Lama sekali, aku sampai main-main game di ponsel tapi Setya belum juga selesai. Aku jadi khawatir, jangan-jangan aku harus nunggu di sini sampe berjam-jam.
Entah kenapa, saat aku memperhatikan Setya yang serius begitu, dia terlihat tampan. Apalagi dengan kacamata yang bertengger di hidungnya. Terlihat wibawa dan kecerdasannya.
Apaan, kamu kan laki Dev.
Iya, nggak ada salahnya kagum sama teman dekat kan. Jangan mikir aneh-aneh.
"There's nothing." ucap Setya tiba-tiba, memecah keheningan. Membuatku tersentak.
"Sumpah?"
"Demi apa aku bohong. Kalau nggak percaya bisa cek sendiri." Setya menyerahkan kameranya namun tidak kuambil.
Aku menggeleng. "Gak usah."
"Ya udah. Nyatanya emang nggak ada yang aneh. Mungkin benar kata Carla, bisa jadi orangnya udah capek." Setya lalu mematikan kamera dan memasukkannya ke tas kamera yang dia bawa.
Aku menggumam. Mencoba berpikir. Itu bisa jadi, tapi kenapa dia tiba-tiba nggak ngasih? Kenapa nggak besok lusa atau kapan gitu atau mungkin mulai dari Sabtu kemarin.
"Atau ..."
"Pelakunya tahu jadi dia berhenti ngasih." ucapku dengan Setya nyaris bersamaan. Bertelepati secara tidak langsung. Tahu kan tentang orang yang bicara bersamaan? Sebenarnya mereka bertelepati dengan tidak sadar dan tidak langsung.
"Curiga?" tebak Setya melihat raut wajahku yang berubah. Aku mengangguk.
"Tapi aku nggak bisa menuduhnya begitu saja. Butuh bukti."
***
Aku tengah menatap langit-langit kamarku. Angin yang keluar dari AC mendinginkan kamarku yang aku yakin jika dimatikan akan panas luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Difference On Us
RomantikPunya pacar famous itu enggak enak Hal tersebut sudah dialami oleh Carla Emallina Nathan. Dia berpacaran dengan Devian Pratama Garlanova semenjak SMP. Ketika mereka berdua menginjak bangku SMA, Carla mulai mengalami manis banyak pahitnya berpacaran...