23 | Menghibur

201 20 0
                                    

Carla POV

Aku menelan ludahku dengan susah payah begitu melihat kalender di kelas. Hari ini hari ulang tahun Devian. Dan aku masih memeluk hadiah yang akan kuberikan ke dia hari ini.

Aku berdebar. Semenjak saat itu, aku sangat jarang melihatnya lagi. Aku juga sudah berhenti mengiriminya pesan. Aku harus moveon. Tepatnya sih begitu.

Beberapa hari setelah putus, dia menolak semua ajakanku untuk balikan. Aku bingung, dan aku frustasi. Aku menyesal. Ya, dia mutusin aku karena aku kan? Seandainya waktu itu aku tidak begitu. Mungkin hari ini kami bakal ngerayain ulang tahunnya Devian.

Bahagia bersama.

Ah sudahlah. Sudah terlanjur. Waktu tidak bisa diulang.

Aku duduk di bangkuku. Beberapa anak ada yang mulai mengajakku berbicara. Terutama gengnya Juliet yang berisi cewek-cewek kalem. Membuatku merasa sedikit senang. Meski terkadang aku harus waspada dengan yang lain.

Aku berencana untuk memberikan kado itu istirahat pertama.

"Bawa apa, Carla?" tanya Rara padaku. Dia duduk di bangku belakangku bersama Natasha. Tukar tempat dengan golongannya Alexandra. "Kayaknya gede tuh."

Aku tertawa paksa—tawa yang selalu aku lakukan untuk menutupi perasaanku yang sebenarnya—sembari membalikkan badan menghadap Rara dan Natasha.

"Ah, ini kado." jawabku. "Emang gede sih."

"Oh ya? Siapa yang ulang tahun?" tampaknya Natasha tertarik.

Aku tersenyum tipis. "Teman kok."

Mereka berdua mengangguk. Lalu kembali dengan aktivitasnya masing-masing. Aku kembali membalikkan badanku ke depan. Aku harus melewati pelajaran Sosiologi 3 jam lalu Sejarah 1 jam. Baru istirahat dan memberikan kado ini.

Semoga saja lancar.

***

"Halo Carla." sapa Setya, saat aku berjalan hendak ke kelasnya. Aku kaget melihatnya, dia datang tiba-tiba dari belakang tubuhku.

"Hai." balasku singkat sambil terus berjalan. Aku memeluk kado untuk Devian dengan erat. Seperti takut benda itu direbut.

Setya melihat apa yang aku peluk, lalu mendeham. "Kado ya?"

Aku mengangguk.

"Untuk Devian?"

Kedua kalinya aku mengangguk. "Aku sudah beli ini sejak lama. Sayang kalau nggak diberikan."

Sekarang gantian Setya yang mengangguk.

"Kamu habis dari mana?" tanyaku basa-basi sambil menatap Setya. Mencari sebuah topik agar perjalanan dari lorong ini ke kelasnya tidak canggung.

"Habis dari perpustakaan. Cari bahan buat try out dekat-dekat ini."

"Sibuk ya?"

"Begitulah."

Aku tertawa kecil. Lalu papan nama kelas terlihat beberapa langkah di depan. Sudah pada istirahat. Dan aku yakin 100% Devian masih ada di dalam.

Setya masuk lebih dulu. Lalu aku mengikutinya. Aku mengetuk pintu baru melangkahkan kaki masuk. Aku menghampiri Devian yang sibuk dengan ponselnya.

Mendadak hatiku sakit. Dia tertawa saat memainkan ponselnya. Apa dia sudah menemukan orang yang bisa membuatnya tertawa lagi?

Aku kecewa. Rasanya untuk berdiri saja tidak bisa. Aku gemetar. Untuk melangkahkan kaki susah sekali.

Aku menatap Setya yang berdiri di sebelah bangkunya. Masih dengan Devian. Setya memberikan kata 'Ayo!' Dengan gerakan bibirnya. Aku menggigit bibir bawahku. Gugup.

The Difference On UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang