Part 11 (for you baby)

8.2K 280 7
                                    

Ketika kamu membalas rasa sakit dengan senyuman.
Saat itulah kamu memastikan bahwa dirimu lebih baik dari dia yang menyakitimu
Itulah esensi sabar

-----------------------------------------------------

Dimana aku, aku pun tak tahu. Yang aku lihat disini hanyalah gelap dan hening.
Langkah kakiku lah yang dapat aku dengar. Aku masih terus berjalan dalam gelap berharap menemukan cahaya untuk menuntunku kembali.

Sayup-sayup ku dengar suara dua orang yang sedang berseteru. Mungkin sepasang kekasih. Ku percepat langkahku agar segera sampai di sumber suara.

Perlahan suara itu semakin jelas terdengar, rasanya tidak asing saat mendengar suara kedua orang ini. Ku beranikan diri melihat dari celah pintu yang sedikit terbuka. Aku dapat melihat mereka bertengkar namun aku tak dapat melihat si wanita karena sosok lelaki yang menutupi tinggi besar.

Aku hanya termangu melihat adegan didepanku, dimana sang wanita menangis histeris sedang si pria masih terus saja mencaci maki. Tak pelak sebuah tamparan keras mendarat dipipi sang wanita, terlihat sudut bibirnya mengeluarkan darah segar. Aku terlonjak di tempatku, ingin sekali aku membantu wanita itu namun kakiku tak bisa melangkah masuk.

Hingga tanpa kusadari, si pria menoleh ke arahku, wajah bengisnya bercampur amarah menatapku seperti ingin melahapku, dan saat semuanya terlihat jelas mereka berdua adalah kedua orang tuaku. Pria itu cepat-cepat ke arahku namun sang wanita yang tidak lain adalah ibuku menyuruhku kabur. Aku bingung harus kabur atau menolongnya, tapi melihat ayahku membawa pistol dan menodongkan kearahku tak pelak membuatku ciut juga.

"Pergilah Hanna, lari cepatlah...!!!". Perintah ibuku .

Dor..dor..dor..!!. Suara tembakan itu membuatku menoleh kearah ibuku berada namun naas ibuku sudah tewas di tangan ayahku sendiri. Aku berteriak histeris, berlari untuk menolongnya tapi nihil aku seperti lari ditempat, aku menangis memanggil namanya.

"Bunda...!!!"

"Bunda...jangan tinggalin Hanna".

"Bunda, maafkan Hanna".

"Hey...ssttt tenanglah siput aku disini".

"Bundaaaa.....!!!!". Aku terbangun, menangis histeris, hingga sebuah tangan kokoh dan dada bidang singgah, seseorang memelukku, kurasakan jantungku berdegup kencang, dan pelukan ini terasa sangat nyaman untukku.

"Bundaa,maafin Hanna hikkss".

"Ssstttt...tenangkan dirimu, apa kau mimpi buruk?". Aku hanya menjawab dengan anggukan dipelukannya. Setelan jasnya yang mahalpun harus basah oleh air mataku.

"Bunda, bundaku telah pergi untuk hikss selamanya hiks".

"Bundamu baik-baik saja, tenanglah, itu hanya mimpi". Lalu dia menakup kedua pipiku menghapus air mataku. Mungkinkah ini hanya halusinasiku saja, aku melihat sosok Demian dihadapanku, dia sangat tampan.

"De..Demian? Apa itu kau? Aku sangat merindukanmu hiks, kenapa kau begitu jahat kepadaku Demian hiks". Aku semakin merancau tidak jelas. Tapi aku benar-benar merindukannya.

"Benarkah? Kau merindukanku? Ini memang benar aku siput pluto". Pria itu kembali memelukku erat dan apa tadi dia bilang? Siput pluto? Bukankah hanya Demian yang mengolokku seperti itu. Itu artinya dia benar-benar Demian. Bibirku menyunggingkan senyum begitu saja, lalu ku tatap lekat pria di hadapanku ini dan ternyata benar dia Demian si iblis tampan dari hutan amazone.

Wait...!!! Dia sungguh Demian!

"Kyaaa...!!!!". Teriakku kencang lalu melepaskan pelukan kami.

My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang