Part 25 - My Dream (1)

10.8K 253 18
                                    

Tidak ada
Yang tidak mungkin di dunia ini
Bahkan
Untuk hal yang tidak dapat di logika pun
Akan dapat di logika

My Dream

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Author Pov

Kepulangan Hanna dan Demian tentu disambut hangat oleh orang-orang yang menyanyangi mereka, terlebih bundanya Hanna.

Namun tidak begitu yang dirasakan Hanna, ada perasaan bersalah dalam hatinya. Hanna bukan lagi anak gadis bundanya yang baik dan penurut. Seharusnya saat dia pulang kesuksesan yang dia bawa bukan kehamilan besar. Tapi bundanya dengan tangan terbuka mau menerima Hanna, bahkan ada raut bahagia saat tau Hanna hamil.

Mommy Arin dan Daddy Bram serta Tasya dan Trista juga menunjukkan hal yang sama, Hanna sungguh bingung harus seperti apa dia senang atau sedih. Namun saat mata Hanna bertemu dengan Haikal, ada kekecewaan yang terlihat disana. Bahkan untuk tersenyum pun Haikal seperti enggan. Ingin sekali Hanna pergi entah kemana, agar orang-orang terdekatnya tidak merasa malu mempunyai anak yang hamil di luar nikah, tapi apalah dayanya nasi sudah menjadi bubur ayam bandung yang enak kalo dimakan hahah. Akhirnya Hanna tetap tinggal, bukan lagi di apartemennya, namun dirumah keluarga Kastara.
Akankah rumah tangga mereka baik-baik saja? .

###

Sang fajar menyingsing memperlihat sinar terangnya pagi ini. Cahaya menerpa kedua kelopak mataku yang terpejam. Aroma udara pagi ini begitu segar menyusup ke indra penciumanku.

Aku mengerjakan mata berkali-kali, kuregangkan otot-ototku. Tidur malamku kali ini berbeda dengan tidur malam sebelumnya, sungguh ini tidur ternyenyak yang aku alami. Mataku berpendar ke seluruh ruangan yang aku tempati.

Kamar yang begitu luas dengan paduan warna hitam dan biru laut. Aroma musk menyeruak berpadu dengan aroma embun, terdapat meja kerja kecil disudut ruangan dekat balkon, tv flat 40 inchi, walk in closet, sofa , dan juga beberapa koleksi jam tangan serta sepatu terpajang disana. Bukankah ini kamar laki-laki, atau ini memang kamar hotel dengan tema maskulin?.

Lalu pandanganku jatuh ke sebelah ranjangku, ku usap mataku beberapa kali. Aku masih tidak percaya, semalam apa aku tidur dengannya, dengan Demian. Ku lihat bajuku masih melekat , syukurlah. Tapi aku masih bingung dimana aku sebenarnya. Hingga suara serak khas bangun tidur menyapaku.

"Pagi hunny, pagi anak papa muach". Dia mencium perutku dan juga keningku. Aku masih tidak merespon.

"Kok diem aja hun? Kenapa? Kamu sakit?". Aku hanya menjawab dengan gelengan kepala.

"Terus kenapa dong? Laper ya? Atau masih ngantuk hm". Kali ini tangannya masuk ke celah leherku menjadi bantalan serta tangan yang satunya sudah asik mengelus-elus perut buncitku. Dia menatapku lembut.

"Hun, kamu kenapa sih? Kesambet? Atau lagi ngidam diemin aku?". Itu mulut kok ya enak banget bilang aku kesambet. Dia ngga lihat apa aku masih bingung dengan semua adegan kita ini.

"Sembarangan! Kita lagi dimana sih ini? Terus kamu kok bisa-bisanya tidur seranjang sama aku? Kita belum sampai ya di jakarta?".

"Haha, satu-satu hunny. Kita sudah dijakarta, terus kita sekarang lagi ada dikamar kita, dan ini dirumah aku". Awalnya aku hanya ber'O' ria. Tapi setelah ku pahami lagi aku terkejut.

My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang