Part 4

7.8K 298 3
                                    

Kunikmati makan siangku dengan keluarga KASTARA, mungkin aku salah satu wanita yang sangat beruntung karena bias dekat dengan keluarga Kastara. Karena aku tau di luar sana ada sangat banyak pengusaha yang ingin menjodohkan putra dan putri mereka dengan keluarga kastara.

" maaf aku telat mom dad bang eh ada Hanna juga" akhirnya dokter cantik ini datang juga. Aku hanya tersenyum simpul.

" ayo sayang duduk, tuh mammy udah pesenin makanan kesukaan kamu"

" makasih mom" lihatlah Tasya sangat berbeda dengan abangnya.

"Oh yah dad abang mulai kapan gantiin daddy"

" uhuuk uhhukk" jadi ini CEO baru yang sering di bicarakan teman-temanku dikantor, Tuhaaann cobaan apa lagi yang engkau berikan kepada hambamu ini.

" gitu ajah kaget, nih minum" ku ambil minuman yang dia berikan huh dasar belum jadi atasanku aja dia sudah semena-mena apa lagi nanti saat jadi atasanku sungguhan.

" ini yang akan kita bicarakan sayang" kulihat saat ini Om Bram berbicara serius.

" Dady akan memperkenalkan kamu Demian besok dan kamu harus janji sekertaris kamu harus Hanna, daddy gamau yang lain !"

" kalo dia bisa bekerja dengan baik aku enggak akan menurunkan jabatannya dad tapi kalo dia enggak becus buat apa di pertahanin" apah enggak BECUS oooh berarti dia meremehkanku. Akan aku buktikan siapa aku.

" sayang mom kenal Hanna dari dulu saat kamu masih di Jerman sayang, mom yakin cuma dia yang bisa dampingin kamu meneruskan perusahaan daddy"

" abang itu apa salahnya sih mencoba" loh kenapa semua pada ngepojokin si kutukupret.

"Kenapa semua nyalahin Demian sih? Demian kan tadi bilang kalo dia kerjanya bagus Demian akan mempertahankan siput ini". Aku menatap tajam kearahnya, lagi-lagi dia menyebutku SIPUT didepan Kastara Family. Kau benar-benar menyebalkan iblis amazone sepertinya mulutmu itu tidak pernah mengenyam bangki pendidikan. Cih! Seperti ini lulusan dari Jerman, mungkin yang dimaksud Jerman adalah tanah abang.

Ku potong ganas steak yang ada dihadapanku, bahkan dengan rakus aku menyuapkan beberapa kali potongan besar. Sebodo amat deh sama ketidak sopananku ini. Aku benar-benar ingin mencekikmu Demian si biang iblis.

"Hanna, are u okey?". Tanya Tante Arin.

"Eh, gapapa tante maaf kalo keliatan barbar abisnya aku laper banget tante" jelasku sungkan. Ah bagaimana bisa aku secoroboh ini mengira Tante Arin tidak memperhatikan.

"Kampungan!". Cibir Demian lagi-lagi setelah siput sekarang dia memberiku gelar kampungan. Ah ingin rasanya aku berterimakasih atas banyak gelar yang aku sandang.

"Demian, daddy ngga suka kamu mengumpat saat kita makan seperti ini, ayo minta maaf". Kata daddy.

"What ! Daddy ngga lagi salah ngomongkan? Itu kenyataan dad look at her". Keukeh Demian.

"Minta Maaf Son!" . ucap Daddg tegas dan penuh penekanan.

"Sudah Om saya gapapa kok hehe, mungkin benar yang Pak Demian katakan". Elakku agar suasana yang hangat tadi tidak berubah menjadi arena tinju.

"Maaf semuanya apa saya boleh pamit balik ke kantor? Pekerjaan saya sedang banyak" izinku.

"Loh loh Hanna kok buru-buru sih sayang, jangan dengerin kata-katanya Demian, emang somplak gitu anaknya". Tahan Tante Arin

"Ya loe kok balik sih Naa, abang gue emang harus dikasih pelajaran". Tasya ikut menimpali.

"Harusnya bagus dong kalo siput balik , artinya dia tanggung jawab sama kerjaanya. Ini kok malah pada nahan heran deh". Dan sekarang si biang iblis ikut bergabung.

"Sudah,sudah. Om izinkan kamu kembali ke kantor Naa, biar diantarkan mang Abdi ya". Om Bram menengahi percekcokan mak-mak komplek vs biang iblis.
"Ngga perlu Om makasih , saya bisa balik sendiri. Terimakasih makan siangnya Om Tante, maaf saya duluan permisi". Pamitku sopan, tak akan pernah lupa pelukan hangat dari Tante Arin serta beribu kecupan mendarat di wajahku.

Yah semenjak aku memutuskan untuk hijrah dari kampung halamanku menuju Jakarta, kehidupanku semakin membaik, setidaknya aku bisa memberikan kebutuhan finansial lebih dari cukup sehingga adik dan bundaku tidak terlantar. Entah harus aku balas dengan apa budi baik keluarga Om Bram, mungkin pengabdian seumur hidup tidak akan sanggup membayarnya.
Ku stop taxi yang melintas, aku harus segera kembali ke kantor bagaimanapun juga disini statusku adalah pegawai, aku tidak ingin berlaku seenakku karena kedekatanku dengan keluarga Kastara. Aku selalu ingat pesan bunda dimanapun aku berapa aku harus bisa beradaptasi dan tahu diri.

Didalam taxi pikiranku melayang tak karuan kemana saja arahnya, aku merindukan bunda dan adikku. Ngomong-ngomong soal adikku , aku jadi teringat akan biaya studytournya ke Jakarta. Ah setibanya dikantor aku akan segera menstransferkan uangnya.

Pemandangan kota jakarta di siang seperti ini juga tidak terlalu buruk selain kepadatan lalu lintas ternyata gedung-gedung yang berdiri kokoh juga cantik menghias kota jakarta ini. Tiba-tiba saja sekelebatan wajah biang iblis itu muncul dihadapaku.

"Kyaaaa.....!!!!". Sontak aku berterika , hingga supir taxi menghentikan lajunya.

"Neng kenapa neng?". Tanyanya

"Dia ! Iblis terkutuk dari amazone sangat menyebalkan". Jawabku.

"Aduh neng jangan bikin bapak takut atuh,mana ada siang-siang gini iblis muncul, mungkin maksud neng pengen pipis ya". Katanya.

"Kyaaa....!!! Dia menyebalkan tetapi dia memang tampan". Raungku, dan sang supir semakin heran aku buat.

"Heheh maap pak, saya lagi belajar akting untuk casting pemain sinteron". Kataku mengekak, dan si supir taxi hanya ber 'O' ria. Lalu kembali melajukan taxinya tanpa ada suara diantara kami selain walkie talkie si bapak.

Fiuhhh untung saja bapak taxi ini percaya kalo tidak bisa kiria gila aku hahaha. Gumamku dalam hati.

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang