Part 12

7.6K 297 8
                                    

Melihat kondisi bunda yang berangsur membaik aku sangat senang, terlebih sekarang ini bunda sudah mulai bisa mengontrol emosinya.

Haikal juga sangat senang akan hal ini, setidaknya dia tidak was-was saat meninggalkan bunda sendirian. Bunda seperti ini sejak kepergian ayahku, kenyataan pahit yang harus kami jalani bertiga. Bunda sangat menyanyangi ayah, hingga saat tau ayah berselingkuh hati bunda seakan hancur berkeping-keping. Bunda selalu menyalahkan dirinya atas hal ini. Tapi sekarang aku bisa melihat bunda kembali seperti dulu secara perlahan.

Selama bunda dirawat aku dan Haikal bergantian menunggu bunda, hingga anggota kami bertambah Demian si iblis berhati malaikat ikut menunggu bunda. Sepertinya dia memang kesambet haha.

Sejujurnya beberapa hari ini aku sungguh dibuat salah tingkah olehnya. Bagaimana tidak, dia begitu lembut dan sabar merawat bunda, hingga pertama kali bunda dapat tersenyum karena candaan Demian. Andai dia tidak sejahat itu kepadaku mungkin aku benar-benar mau menjadi kekasihnya, bahkan ibu dari anak-anaknya pun boleh hahaha.

Sifat asli Demian begitu terlihat dia sebenarnya laki-laki sabar dan penyanyang. Aku dapat melihat ketulusannya saat merawat bunda.

Ohh Dem, jangan buat aku jatuh cinta kepadamu. Kataku dalam hati.

"Heh! Siput ngelamun sambil senyum-senyum lagi, mulai gila lo ya". Satu lagi sifat Demian, dia paling jago ngerusak khayalan orang.

"Nih ngomong ma tangan gue". Aku sedang malas berdebat dengannya, apalagi hari ini aku akan balik ke jakarta. Aku menghampiri bundaku, memeluknya sangat manja.

"Hanna, anaknya bunda udah gede masih aja manjanya ngga ilang-ilang". Aku hanya berdehem menanggapi ucapan bunda. Ku hirup aroma bunda yang menenangkan. Aku masih sangat kangen tapi apa boleh buat raja tega sudah bertitah maka harus dilaksanakan.

"Bun, teteh masih kangen". Rengekku.

"Manja banget deh, lebay. Badan lo tuh berat kasian bunda". Tiba-tiba saja iblis Demian menimpali. Dan apa yang terjadi sodara-sodara bunda tertawa.

"Haha teh, ngga malu kitu sama nak Demian". Nak? Oh rupanya iblis itu sudah mendapat tempat dihati bunda. Good job Demian demonds !

"Ngga bun, ngapain malu. Dianya aja yang sirik bwekk".

"Hahah, sudah kalian ini udah dewasa masih aja tingkahnya kaya balita".

"Gitu itu bun Hanna, makannya badannya segitu mulu orang dia masih balita". Fakta kedua mereka sudah saling akrab. Aku mendengus mendengarnya memanggil bunda dengan sebutan bunda juga. Sok deket banget.

"Dem, bunda nitip Hanna ya nak. Bunda juga udah kasih restu ke kalian, kalo Hanna nakal jewer aja kupingnya Dem".

"Itu sih gampang bunda, pokoknya nanti kalo bunda ketemu Hanna lagi, Hanna ngga bakalan manja lagi".

"Bunn...kok belain dia sih bun, kan aku anaknya bunda". Aku cemberut mendengar bunda lebih memihak ke Demian.

"Sudah, Demian benar sayang kamu jangan manja seperti ini". Dia benar-benarnya memanfaatkan pesonanya untuk menaklukkan bunda.

"Bun, jaga kondisi bunda baik-baik ya selama ngga ada teteh. Teteh janji bakalan sering nelpon bunda. Kalo capek ngga usah dipakasin. Jangan stress. Obatnya juga rutin ya di minum. Teteh ngga mau denger kalo sampai bunda telat makan". Kataku panjang lebar.

"Haha, anaknya bunda ini sudah bawel rupanya. Kamu ngga perlu khawatir sayang bunda bisa jaga diri, maaf ya teh bikin teteh ngejua mobil kesayangan teteh untuk biaya bunda". Tak dapat ku tahan air mataku, lalu semakin erat ku peluk bundaku. Bahkan semua pengorbananku tidak akan pernah sanggup membalas kasih sayangnya selama ini. Kami sama-sama menitikan air mata, rasanya kami mempunyai beban yang sama.

My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang