Part 19 (When The Past Come Back)

9.2K 229 3
                                    

Gwen Pov

Aku tidak menyangka bahwa di rahimku saat ini ada malaikat kecil. Rasa ini campur aduk rasanya, dan harus diapakan malaikat ini aku juga bingung. Kalo aku membuangnya aku sudah menjadi wanita paling brengsek. Tapi kalo aku membiarkannya tumbuh aku masih belom yakin siapa ayah biologisnya, dan juga bagaimana dengan karirku.

Aku sungguh tidak tau harus bagaimana lagi, hingga saat itu aku melihat Demian sedang berada di Barcelona juga. Aku shock Demian sudah banyak berubah rupanya, dan siapa wanita yang dipeluk mesra itu. Tidak, tidak ada yang boleh menjadi nyonya Kastara selain aku.

Tenang Gwen, kau harus segera mencari tau siapa wanita itu. Dan anak ini akan ku jadikan alat agar Demian bertanggung jawab.

Tak lama setelah Tasya,Tristan dan wanita itu pergi aku segera menghampiri Demian. Kami berbicara di satu restoran.

"Maafkan mama ya nak, setidaknya kalo dengan papa Demian kamu tidak kekurangan kasih sayang". Ujarku dalam hati sambil mengusap perutku yang masih rata.

Dan untuk sementara waktu ini aku harus menjauh dari hingar bingat kehidupanku sebagai model, aku akan fokus dengan kehamilanku yang sekarang, setidaknya bersama Demian kebutuhanku selama hamil akan terpenuhi.

Awalnya Demian terkejut atas kehadiranku, dia megira aku mengikutinya, Tatapan itu masih sama seperti tiga tahun yang lalu. Tatapan penuh kebencian dan juga rasa sayang sama besarnya.

Demian yang dulu tidak akan pernah lagi dapat ku lihat. Ya karena akulah orang itu, orang yang telah membuat Demian bersikap seperti itu, dan sekarang dengan tidak tau malunya aku mendatanginya ingin pertanggung jawaban atas kehamilanku, ohh bukankah aku sangat licik bila seperti ini. Tapi aku tidak ingin anakku terlantar karena akupun masih belum sanggup mengasuhnya.

"Ezar , bagaimana? Apa kau mau mengasuh anak yang ku kandung ketika ia lahir?". Aku memohon kepada Demian, persetan dengan rasa malu.

"Kenapa harus aku, kenapa bukan ayah dari bayi yang kau kandung yang bertanggung jawab hah!". Sungguh Ezarku yang dulu sudah berubah, dia dengan lantang membentakku. Aku hanya bisa menundukkan kepala, memang benar apa yang dia katakan, seharusnya aku mencari ayah biologis anak ini bukannya dia, tapi sungguh hanya namanya yang terlintas dibenakku.

"Ezar maaf, hanya saja aku yakin kelak denganmu anak ini akan mendapatkan kasih sayang". Aku tidak berhenti memintanya agar mau menjadi ayah dari bayiku ini. Dengan uraian air mata yang sudah mengalir deras dengan membasahi pipiku.

"Cih! Bagaimana bisa kau seyakin itu, apa karena aku ini orang terkaya lalu dengan mudahnya kau berkata seperti itu".

"Tidak Ezar, bahkan kalo nantinya kau hidup pas-pasan aku yakin kasih sayangmu terhadapnya akan tetap besar, ku mohon Ezar".

"Baiklah, asalkan dengan satu syarat, selama kehamilanmu berjalan jangan pernah temui aku. Dan masalah finansial kau tidak perlu khawatir. Aku yang akan persiapkan".

"Terima kasih Ezar, aku tau kau pria yang sangat baik, dan aku juga tau perasaanmu padaku masih tetap sama Ezar". Aku memeluknya sangat erat seakan aku akan berpisah dengannya.

"Dan pria yang baik hati ini sudah berhasil kau buat tinggi melayang lalu sedetik kemudian kau hempaskan ke tanah".

"Maaf Ezar".

"Maaf itu sudah ku berikan hanya saja rasa kecewa ini belum bisa pulih Gwen, dan untuk perasaan mungkin sekarang perasaan ini tidak akan pernah sana dan lebih terhadapmu, camkan itu".

Kau benar Ezar, aku sudah menyiakanku begitu saja saat dulu kau begitu mencintaiku, namun aku tidak bisa menjalin hubungan dengan pemuda yang tidak bisa menjamin hidupku.

My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang